REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Moallem berharap Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump menarik dukungan kepada pemberontak. Walid mengatakan, memang terlalu dini untuk melihat kebijakan luar negeri Donald Trump, tapi Suriah berharap sang presiden baru bisa menghentikan dukungan Amerika.
"Apa yang kami inginkan dari pemerintahan yang baru tidak hanya menghentikan dukungan tapi juga membatasi kekuatan mereka di regional...kita harus tunggu," katanya pada konferensi pers yang disiarkan televisi nasional, Ahad (20/11).
Pada pertengahan 18 Agustus 2011, Amerika Serikat (AS), Prancis, Inggris, Uni Eropa, dan Kanada menyatakan bahwa rezim pemerintahan Suriah di bawah Bashar al-Assad sudah kehilangan legitimasi rakyatnya. Mereka juga menyerukan kepada Assad untuk segera meletakkan jabatan. Reaksi internasional berlanjut dengan agenda resolusi Dewan Keamanan PBB yang diusung oleh beberapa negara-negara tersebut.
Namun hubungan baik yang terjalin diantara Suriah dengan Rusia serta kerja sama perdagangan yang begitu penting dan besar dengan Cina, telah membuat upaya resolusi dewan keamanan PBB yang dipelopori AS ini akhirnya gagal. Cina dan Rusia tidak menginginkan Suriah diintervensi oleh Barat dengan mengeluarkan veto. Bashar al-Assad mendapat dukungan dari Rusia dan negara tetangganya Iran.