REPUBLIKA.CO.ID, CALAIS -- Setelah kamp pengungsian 'Hutan' Calais dibongkar oleh Pemerintah Prancis, ratusan anak-anak pengungsi memiliki nasib yang tidak jelas. Safe Passage, program yang dijalankan badan amal Citizens UK mencatat, anak-anak pengungsi yang ditempatkan di penampungan sementara (CAO), kini dipaksa bekerja di perkebunan buah terdekat dan berbagi akomodasi dengan orang dewasa.
Citizens UK mengatakan, beberapa anak mulai melarikan diri karena tak kunjung mendapat informasi mengenai perolehan suaka mereka ke Inggris. Sejak 14 November lalu, badan amal itu telah mewawancarai 33 anak laki-laki yang dipaksa bekerja.
Tiga anak laki-laki mengatakan, mereka dipaksa bekerja di perkebunan buah yang menyediakan pasokan buah untuk supermarket. Tiga anak laki-laki lainnya mengatakan, ada orang dewasa yang tinggal bersama mereka di CAO yang sebenarnya dirancang untuk anak-anak.
"Ini terlihat sebagai penjara, kami tidak memiliki waktu bermain. Tidak aman bagi kami hidup di tengah-tengah orang dewasa. Usia mereka lebih dari 20 tahun," kata seorang anak, dikutip dari The Independent.
"Mohon lakukan apa pun yang bisa membantu kami. Kami memiliki keluarga di Inggris. Kami adalah manusia, bukan binatang yang terjebak di sini," ujar anak lainnya.
Hampir seperempat dari mereka mengatakan, mereka tidak diberi pakaian bersih sejak kedatangan mereka di CAO. Mereka hanya memiliki akses ke kamar mandi dan mendapatkan air panas tiga kali sehari.
"Kami sangat prihatin dengan keadaan anak-anak di CAO Prancis. Tim Safe Passage melaporkan adanya kerja paksa dan anak-anak tanpa pendamping itu dipaksa hidup dengan orang dewasa," ujar Ketua Citizens UK, Rabbi Janet Darley.
Menurutnya, meski CAO merupakan tempat yang aman untuk anak-anak, bukan berarti mereka bisa digunakan untuk bekerja. Setiap anak memiliki kesempatan ditempatkan di keluarga mereka atau di keluarga asuh di Inggris.