Rabu 23 Nov 2016 11:49 WIB

Indonesia Perlu Membuat Pertanyaan Keras ke Myanmar Terkait Rohingya

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Agus Yulianto
Warga etnis Rohingya naik sepeda roda tiga di sebuah tempat pengungsian.
Foto: Reuters/ Soe Zeya Tun
Warga etnis Rohingya naik sepeda roda tiga di sebuah tempat pengungsian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekerasan yang terjadi terhadap Muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar terus berlangsung. Namun, Wakil ketua DPR RI Fahri Hamzah masih meragukan apakah benar-benar terjadi pembantaian di terhadap Muslim Rohingya.

"Oleh karena itu, Indonesia harus membuat pertanyaan yang keras tentang peristiwa ini. Apakah betul kejadian itu," kata Fahri, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (22/11).

Fahri mempertanyakan, komitmen pemerintahan di bawah Aung San Su Kyi untuk melakukan proteksi supaya tidak ada satu tetes darah pun yang mengalir, di negara yang dianggap menghargai HAM. Sehingga, kata dia, Indonesia mesti berada pada posisi bertanya agak keras.

Sebab, konsen Indonesia terhadap Myanmar itu tinggi khusunya terhadap kasus rohingya. Apalagi faktanya, di kalangan umat Islam berkembang sebagai persoalan agama. Itu bisa saja memicu persoalan di Indonesia.

"Ini memerlukan kejelasan, jangan membiarkan opini berkembang tanpa penjelasan resmi dari negara. Tanya dulu, kalau ada fakta kita konfirmasi sebagai tetangga yang baik," ujar dia.

Jika memang pembantaian masyarakat sipil itu terbukti terjadi, lanjut dia, maka bisa dikatakan pemerintahan baru tidak mampu mengendalikan konflik di negaranya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement