Rabu 23 Nov 2016 18:56 WIB

Dukung Rohingya, Malaysia Pertimbangkan Boikot Turnamen AFF

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Rohingya wudhu sebelum shalat di  Kamp Pengungsi Leda di Teknaf dekat Cox Bazar, Bangladesh, 22 November 2016.
Foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain
Muslim Rohingya wudhu sebelum shalat di Kamp Pengungsi Leda di Teknaf dekat Cox Bazar, Bangladesh, 22 November 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia sedang mempertimbangkan rencana tidak mengikuti ajang pertandingan sepak bola ASEAN yang pada tahun ini diadakan di Myanmar. Hal itu dilakukan sebagai protes atas kekerasan terhadap etnis Rohingya.

Kejuaraan Federasi Sepakbola ASEAN (AFF) Suzuki Cup 2016 akan digelar pada Sabtu (26/11). Dengan rencana ketidakikutsertaan Malaysia di ajang itu dinilai sebagai pertentangan dari kebijakan non intervensi yang disepakati 10 anggota negara yang tergabung dalam Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

"Saya mengangkat hal ini dalam pertemuan kabinet pekan lalu. Kami masih melihat dan menunggu keputusan tentang rencana penarikan Malaysia dari turnamen AFF," ujar Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Khairy Jamaluddin melalui jejaring sosial Twitter, Rabu (23/11).

Permintaan menarik Malaysia dari turnamen sepak bola yang menjadikan Myanmar sebagai tuan rumah pada tahun ini datang dari ulama. Pertemuan kabinet untuk memutuskan rencana itu diadakan pada Jumat (25/11).

Kekerasan atas etnis Rohingya terjadi di salah satu wilayah negara bagian Myanmar, Rakhine. Ratusan warga yang kebanyakan adalah Muslim telah melarikan diri sejak konflik terjadi kembali pada 9 Oktober lalu.

Tentara Myanmar dilaporkan telah melakukan penyerangan kepada masyarakat etnis minoritas itu, termasuk pemerkosaan perempuan. Sementara, perlawanan dari kelompok tertentu Rohingya juga disebut dilakukan dan menargetkan pos penjaga perbatasan.

Aung San Suu Kyi sebagai pemimpin di Myanmar telah dituntut melakukan rekonsiliasi nasional guna menghentikan konflik yang pertama kali meluas pada 2012. Hal ini juga menjadi ancaman bagi perempuan yang pernah meraih Nobel Perdamaian itu, dengan dicabutnya penghargaan tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement