REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan meningkatkan status flu burung ke tingkat "siaga" pada Rabu (23/11). Peningkatan dilakukan setelah kasus pertama virus H5N6 muncul pekan lalu dan dua peternakan bebek dinyatakan positif terjangkit.
Kementerian Pertanian, Pangan, dan Pembangunan Daerah Pedesaan mengatakan, wabah baru flu burung ditemukan di dua peternakan bebek di wilayah tengah dan Barat Daya. Seluruh 30.500 ekor bebek di kedua peternakan itu telah dimusnahkan.
Menurut pernyataan kementerian, sejak kasus pertama flu burung H5N6 dilaporkan muncul di wilayah yang sama Jumat pekan lalu, sudah empat kasus flu burung ditemukan. Tiga peternakan unggas di wilayah lain masih dalam tahap pengujian
Kementerian pertanian meningkatkan status flu burung dari "waspada" ke "siaga" saat banyak peternakan melapor hewannya terjangkit virus dalam waktu cukup singkat.
Lebih dari 510 ribu burung telah dimusnahkan demi mencegah penyebaran virus. Jumlah itu merupakan satu persen dari keseluruhan hewan ternak, 84,7 juta ekor di Korea Selatan, ungkap pejabat kementerian terkait yang menolak disebut namanya, Rabu.
Penularan virus H5N6 pada manusia sebelumnya dilaporkan terjadi di Cina dan Hong Kong.
Virus itu menewaskan 10 orang di China sejak April 2014, menurut data kementerian.
Kementerian pertanian telah melarang distribusi hewan ternak dari peternakan dalam radius 10 kilometer (6,2 mil) lokasi pertama kali virus ditemukan.
Kementerian mengatakan, Rabu, pihaknya juga mempertimbangkan penghentian sementara distribusi produk terkait demi mencegah penyebaran virus.
Virus flu burung lainnya sempat menjangkit Korea Selatan, negara dengan perekonomian keempat terbesar Asia, sejak 2014.
Wabah flu burung itu berlangsung selama 660 hari, membunuh sedikitnya 13 juta burung, menurut data kementerian. Kasus terbaru dikabarkan pernah terjadi Maret. Saat itu, virus H5N8 ditemukan dalam satu peternakan bebek.