Jumat 25 Nov 2016 04:15 WIB

Serangan Bom Mobil Tewaskan Dua Orang di Turki

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Reiny Dwinanda
Sedikitnya dua orang tewas dan 33 orang lainnya terluka dalam serangan bom mobil yang ditargetkan untuk gedung kantor Gubernur Provinsi Adana, di Turki selatan pada Kamis (24/11).
Foto: AP
Sedikitnya dua orang tewas dan 33 orang lainnya terluka dalam serangan bom mobil yang ditargetkan untuk gedung kantor Gubernur Provinsi Adana, di Turki selatan pada Kamis (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sebuah serangan bom mobil di Turki menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai 33 orang lainnya, pada Kamis (24/11). Serangan tersebut menargetkan gedung kantor Gubernur Provinsi Adana, di Turki selatan.

Menteri Turki Urusan Uni Eropa, Omer Celik, mengatakan polisi saat itu segera melepas tembakan ke arah sebuah mobil yang dianggap mencurigakan. Namun, sopir mobil menolak berhenti setelah diberi peringatan. "Kami tidak tahu persis apakah mereka (pelaku) meninggal dunia atau terluka. Namun mereka tidak akan lolos begitu saja," ujar Celik, dilansir dari Time.

Pengeboman yang terjadi di Adana itu merupakan serangan terbaru dalam serangkaian serangan pemboman mematikan yang mengguncang Turki selama lebih dari satu tahun. Serangan demi serangan di Turki diduga dilakukan oleh militan Kurdi atau anggota ISIS.

Meski demikian, belum ada anggota teroris yang mengklaim melakukan serangan bom mobil di Adana. Gubernur Adana, Mahmut Demirtas, mengatakan serangan terhadap kantornya diyakini dilakukan oleh seorang wanita.

 

Bangunan kantor dan beberapa mobil yang terparkir mengalami kerusakan karena terbakar. Sejumlah orang yang berada di lokasi kejadian menderita luka serius. "Bom yang diledakkan memiliki daya ledak yang tinggi," ujar dia.

Wakil Perdana Menteri Turki, Numan Kurtulmus mengatakan ia mengutuk pemboman itu. Ia secara resmi menyampaikan bela sungkawa melalui akun Twitter pribadinya. "Setelah menjadi target, Turki tidak akan menyerah terhadap terorisme. Kami akan terus memerangi terorisme dengan tekad," ujar Kurtulmus.

Seperti serangan-serangan sebelumnya, otoritas Turki melarang media melakukan penyiaran dan penerbitan gambar atau informasi yang bisa menghambat penyelidikan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement