REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Roberto Azevedo, Kamis (24/11) mengatakan ia belum menerima informasi mengenai pemerintah AS mendatang akan menarik diri dari badan perdagangan tersebut.
Azevedo mengatakan ia yakin WTO akan terus menjadi mitra penting bagi Amerika Serikat. Berbicara kepada sekelompok jurnalis di Jenewa, Azevedo mengatakan ia belum berbicara dengan Presiden AS terpilih Donald Trump, tapi ia dan organisasinya siap melakukan pembicaraan guna memperdalam hubungan dengan Amerika Serikat dan anggota WTO lainnya.
Selama kampanye presiden, Trump menyebut WTO sebuah bencana dan mengatakan Amerika Serikat bisa keluar dari lembaga yang berbasis di Jenewa itu. Namun, Azevedo mengatakan kepada para jurnalis ia tidak punya indikasi dari siapa pun bahwa ini bisa terjadi.
"Saya tidak memiliki transkrip apa yang dikatakannya secara persis, tapi pada saat ini saya pikir apa yang perlu kita lakukan adalah siap melakukan pembicaraan, dan saya yakin WTO dapat terus menjadi mitra penting bagi Amerika Serikat serta anggota utama lainnya," kata dia.
"Perdagangan bebas mungkin komponen untuk beberapa masalah, tetapi juga dapat menjadi komponen yang lebih besar untuk solusi," katanya.
Ketua WTO menekankan organisasinya tetap merupakan mitra yang sangat penting Amerika Serikat dan perlu menunggu sampai Trump mendefinisikan kebijakan perdagangan AS. "Kita harus melihat rincian. Saya pikir itu adalah benar-benar awal untuk memutuskan apa implikasinya. Kita harus secara bertanggung jawab menunggu dan melihat apa yang akan menjadi kenyataan," tambah Azevedo.
Sejak perdagangan bebas telah sering menjadi sasaran protes anti-globalisasi untuk kehilangan lapangan pekerjaan, Azevedo menekankan meskipun perdagangan dapat mengganggu, tidak tepat menyalahkan perdagangan bebas penyebab pengangguran meluas, karena delapan dari 10 hilangnya pekerjaan di negara-negara maju akibat negara itu mendorong inovasi, otomatisasi dan produktivitas.
"Jelas, ada beberapa kekhawatiran atas globalisasi di beberapa masyarakat. Kita harus sangat berhati-hati dengan itu karena jika Anda tidak memiliki diagnosis yang tepat, Anda tidak akan memiliki obat yang tepat. Jika obat ini hanya proteksionisme, hasilnya akan membahayakan pasien," katanya
sumber : Antara
Advertisement