REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Mantan perdana menteri Prancis Francois Fillon dan Alain Juppe akan bersaing memperbutkan suara dalam pemilihan calon presiden dari kelompok sayap kanan negara itu, Ahad (27/11). Masing-masing kandidat memiliki keunggulan dan telah melakukan debat pada pekan ini.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa Fillon cukup unggul, khususnya setelah babak pertama pemilihan capres Prancis digelar 20 November lalu. ia yang dikenal sebagai seorang konservatif sosial menjajikan akan membawa reformasi radikal untuk regulasi ekonomi di negara itu.
Ia juga berjanji untuk membuat Prancis menjadi sebuah negara yang lebih makmur. Fillon juga menginginkan adanya pemangkasan kelebihan biaya anggaran dalam instansi pemerintahan Prancis.
Sementara itu, Juppe juga berupaya menarik dukungan pemilih dengan visi dan misi kampanyenya. Pria berusia 71 itu mengatakan banyak anggota parlemen Paris yang belum memiliki kredibilitas dan program reformasi seperti yang Fillon kemukakan tidak sesuai.
Ia menilai rencana saingannya untuk memotong pekerjaan sektor publik tak tepat dilakukan saat ini. Hal itu menurut Juppe akan menempatkan beberapa pihak menderita, sementara yang lainnya mendapat keuntungan besar.
"Ada orang yang akan menderita di Prancis dan ada juga yang menang. Padahal, seharusnya keduanya dapat dibawa bersama-sama," ujar Juppe beberapa waktu lalu dilansir Reuters.
Banyak lembaga survei Prancis yang melihat salah satu dari kedua kandidat favorit ini akan memasuki Istana Elysee. Pemilihan secara terbuka hari ini diselenggarakan mulai pukul 8 pagi waktu setempat di sekitar 10 ribu tempat pemungutan suara yang tersebar di seluruh wilayah negara.