Selasa 29 Nov 2016 06:03 WIB

Donald Trump Cari Cara Tuntut Hillary Clinton

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Hillary Clinton dan Donald Trump (Ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Hillary Clinton dan Donald Trump (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Donald Trump akan meminta duta besarnya untuk mendorong agar pemerintahan negara-negara asing segera melakukan investigasi terhadap Hillary Clinton. Meskipun sebelumnya Trump mengatakan, ia sendiri tidak akan menuntut Clinton.

Pada akhir kampanyenya, Presiden AS terpilih itu bersumpah akan menunjuk jaksa khusus untuk menyelidiki Clinton. Ia mengatakan, investigasi kriminal sangat diperlukan untuk menyelidiki kasus donasi asing untuk Clinton Foundation, pada masa Clinton masih menjabat sebagai Sekretaris Negara AS. Janji Trump tersebut disambut oleh pendukung-pendukung Trump yang meneriakkan "Tahan dia!"

Sedangkan pekan lalu, Trump menyatakan hal yang bertentangan dengan apa yang ia ucapkan saat kampanye. Ia mengatakan tidak akan menuntut Clinton terkait kasus penggunaan server surel pribadi atau kasus donasi yayasan keluarganya.

Meski demikian, Trump tampaknya tetap ingin memperkarakan kasus-kasus Clinton dengan jalan lain. The Independent melaporkan, Trump berencana mendesak duta besar AS yang berada di sejumlah negara untuk meminta pemerintah negara-negara tersebut agar menginvestigasi Clinton Foundation.

"Haiti dan Kolombia akan menjadi kunci diplomatik untuk kasus ini karena adanya keterlibatan uang," ujar seorang sumber yang dekat dengan Trump, kepada New York Post.

Surel Clinton yang bocor menunjukkan dugaan adanya beberapa orang yang berhubungan dengan Clinton Foundation, yang telah menerima dana federal. Dana yang diterima merupakan dana donasi bagi gempa bumi Haiti. Seorang jutawan pertambangan Kolombia diduga mendapat untung terkait dengan yayasan yang dikelola oleh keluarga Clinton itu.

Sementara investigasi FBI menyatakan kasus penggunaan server surel pribadi oleh Clinton tidak termasuk ke dalam perbuatan kriminal. FBI menyimpulkan, pembantu Clinton sangat tidak berhati-hati atas terjadinya kasus tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement