REPUBLIKA.CO.ID, NIIGATA - Wabah flu burung kembali ditemukan di sejumlah peternakan di perfektur Niigata dan Aomori, Jepang. Pemerintah setempat segera melakukan pemusnahan massal terhadap 330 ribu ayam dan itik, pada Selasa (29/11).
Pengujian membuktikan virus H5 ditemukan di peternakan unggas di Desa Sekikawa, perfektur Niigata. Sedangkan sampel virus H5 yang diperoleh di Aomori masih akan dianalisa di laboratorium Tsukuba, perfektur Ibaraki.
Seorang pejabat setempat menemukan ada sekitar 40 ekor ayam yang mati di peternakan Niigata, pada Senin (28/11). Lima dari unggas di sana dinyatakan positif flu burung setelah menjalani tes dan kemudian 310 ribu ayam lainnya dimusnahkan.
Sementara di peternakan Aomori ada 10 itik yang dilaporkan mati. Pemerintah setempat segera melakukan pemusnahan sekitar 16.500 itik setelah ditemukan juga kemungkinan adanya virus H5.
Pemerintah prefektur Niigata dan Aomori telah membatasi distribusi telur dan unggas dari peternakan lain yang berjarak 10 km dari peternakan yang terjangkit flu burung. Peternak dilarang mengangkut unggas dan telur mereka keluar daerah.
Ada sekitar 60 peternakan dengan total sekitar 500 ribu unggas dalam radius 10 km dari peternakan yang terjangkit di Niigata. Di Aomori, ada tujuh peternakan lain dengan lebih dari 400 ribu unggas.
Perdana Menteri Shinzo Abe menginstruksikan kementerian dan lembaga pemerintah terkait untuk berkoordinasi dan segera melakukan karantina tempat. Para menteri berkumpul untuk melakukan pertemuan terkait ancaman flu burung, pada Selasa (29/11) pagi.
"Pemerintah akan mengambil langkah yang mungkin dilakukan untuk mencegah infeksi menyebar. Sejumlah kasus telah dikonfirmasi oleh negara-negara tetangga, terutama dari unggas liar," kata Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga, dilansir dari Japan Times. Abe juga telah menginstruksikan kabinetnya untuk mengumpulkan informasi dari daerah yang terjangkit virus dan menyebarkan informasi terkini kepada masyarakat.
Sementara itu, Koichi Otsuki, Kepala Avian Influenza Research Center di Kyoto Sangyo University, mendesak masyarakat untuk menjauh dari burung pipit atau burung gagak yang mati untuk mencegah virus menyebar ke manusia. Ia meminta masyarakat segera melapor jika menemukan unggas yang mati di wilayah mereka.