REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kepala Bidang Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan PBB, Stephen O'Brien mengatakan, sebanyak 16 ribu warga sipil kembali mengungsi dari wilayah Aleppo Timur yang dikuasai kelompok pemberontak, Selasa (29/11).
Menurutnya, ribuan warga diperkirakan akan terus mengungsi mengingat persediaan pangan semakin menipis dan ketiadaan fasilitas medis di Aleppo Timur. "Situasinya sangat buruk. Ada ketakutan yang intens. Pekan ini saya sudah berpindah ke tiga lokasi," ujar seorang dokter, Abu al-Abbas, yang ikut mengungsi.
Aleppo Timur telah luluh lantah setelah dikepung oleh Pasukan Presiden Bashar al-Assad, yang didukung oleh Rusia, Iran, dan milisi Syiah. Mereka mendesak kelompok pemberontak yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) untuk keluar dari wilayah itu.
Pemberontak semakin terdesak saat tentara Suriah dan sekutunya berhasil melakukan pengepungan. Suriah dan Rusia juga melakukan pengeboman intens dengan menggunakan artileri, pesawat tempur, dan helikopter yang menjatuhkan bom barel.
Pekan lalu, intensitas pertempuran meningkat. Pekerja medis dan tim penyelamat mengatakan mereka kehabisan peralatan dan kendaraan. Mereka juga kehabisan bahan bakar.
Observatorium Suriah untuk HAM mengatakan, serangan udara di Aleppo timur yang terjadi di sepanjang malam telah menewaskan sedikitnya 18 orang. Sebanyak 12 orang tewas berada di Distrik al-Shaar.
Kantor Berita Suriah, Sanaa, juga melaporkan penembakan yang dilakukan kelompok pemberontak telah menewaskan tujuh orang di distrik wilayah yang dikuasai pemerintah.