REPUBLIKA.CO.ID, CINCINNATI -- Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menunjuk James Mattis, seorang purnawirawan jenderal negara itu sebagai Menteri Pertahanan. Ia mengumumkan hal itu di hadapan pendukungnya dalam tur 'USA Thank You Tour 2016' di Ohio, Kamis (1/12).
Selama ini, jenderal bintang empat itu dikenal dengan keagresifannya sebagai komandan perang yang tangguh atas perannya dalam dua agresi militer AS di Timur Tengah. Ia memimpin pasukan Perang Teluk 1991 saat era mantan presiden George Bush senior.
Kemudian pada 2001, ia memimpin gugus tugas ke Afghanistan untuk divisi marinir. Dua tahun kemudian, ie kambela berperan dalam Invasi di Irak pada 2003, oleh mantan presiden George W Bush junior.
Dari invasi AS di Irak itulah, Mattis mendapatkan pangkat sebagai mayor jenderal. Satu tahun kemudian, ia yang dijuluki dengan sebutan 'Mad Dog' itu memainkan peran kunci dalam pertempuran sengit di Fallujah, salah satu kota yang juga berada di negara tetangga Iran tersebut.
"Dia adalah yang terbaik yang dimiliki AS, seperti jenderal sebenarnya. Kami akan menunjuk dirinya sebagai Menteri Pertahanan baru di negara ini," ujar Trump kepada pendukungnya di Cincinnati, dilansir BBC, Jumat (2/12).
Miliarder itu juga memuji Mattis sebagai sosok yang sangat mirp dengan George Patton, seorang jenderal legendaris Amerika. Penunjukkan pria kelahiran 8 September 1950 itu dinilai menjadi tanda bahwa pemerintahan Trump akan bertindak keras terhadap sejumlah isu di Timur Tengah.
Pria yang berkarir di Korps Marinir AS selama 44 tahun itu juga dikenal kontroversial dengan berbagai komentarnya, salah satunya di hadapan personil militer pada 2005 lalu. Saat itu, ia menunjukkan dirinya seperti 'pembunuh' berdarah dingin dengan mengatakan bahwa dapat menembak banyak orang adalah hal yang sangat menyenangkan.
Pernyataan Mattis saat itu dikecam oleh Korps Marinir. Pihak angkatan bersenjata meminta dirinya untuk lebih berhati-hati dalam berkata di hadapan publik.
Mattis dikenal sebagai seorang Prajurit Monk. Julukan itu didapatkan olehnya karena ia dikenal sebagai seorang lajang, yang tak pernah menikah dan memiliki anak.
Tak hanya komentarnya yang kejam, ia juga pernah memberi perintah pada pasukan AS pada Mei 2004 lalu untuk menyerang tersangka anggota teroris di sebuah desa kecil di Irak, Mukareeb. Namun, serangan itu justru banyak menewaskan warga sipil, termasuk anak-anak.