REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Keputusan kontroversial Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk menerima panggilan telepon Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, merupakan bukti kurangnya pengalaman yang dimiliki Trump di dunia politik. Pernyataan tersebut dikemukakan di dalam sebuah editorial yang diterbitkan surat kabar berbahasa Inggris milik Pemerintah Cina, China Daily, pada Ahad (4/12).
"Hal itu tidak menunjukkan apa-apa selain kurangnya pengalaman Trump dan tim transisinya dalam menangani urusan luar negeri," tulis China Daily, dikutip The Guardian.
Banyak yang meramalkan percakapan telepon berdurasi 10 menit itu akan mendapat respon keras dari Cina, yang menganggap Taiwan sebagai provinsi yang bersatu dengan daratan Cina. Percakapan itu merupakan hubungan pertama AS dengan Taiwan selama hampir empat dekade, sejak Washington menjalin hubungan diplomatik dengan Beijing pada 1979.
Namun, China Daily juga menyatakan Beijing tidak ingin langsung membuat konfrontasi dengan Trump. Surat kabar itu mengatakan, aksi kontroversi Trump sebaiknya tidak perlu ditafsirkan berlebihan.
Pemerhati Asia Timur dari Yonsei University di Seoul, John Delury, menuturkan tanggapan formal Pemerintah Cina yang langsung dilayangkan kepada AS, menunjukkan kemarahan yang nyata dari Beijing. Meski demikian, menurutnya aksi kontroversial Trump itu masih merupakan sebuah misteri.
Ia belum bisa menentukan apakah percakapan Trump dengan Tsai mencerminkan ketidakmampuan Trump dalam berpolitik. Sebab, hal tersebut bisa juga menunjukkan bahwa AS benar-benar melakukan pergeseran kebijakan strategis di wilayah itu.
"Panggilan itu merupakan tindakan provokatif. Dia (Trump) sedang memprovokasi. Dia melambaikan bendera merah. Dia sedang melanggar semua perjanjian yang telah dibuat. Dan untuk Beijing, perilaku semacam ini tidak dapat diterima. Dari sudut pandang Beijing, ini adalah masalah inti, menyangkut hubungan AS-Cina," kata Delury.
Pakar Kebijakan Luar Negeri dari Universitas Fudan Cina, Shen Dingli, mengatakan kepada New York Times, perilaku Trump tidak bisa ditoleransi jika ia telah resmi melangkah ke gedung putih. Trump baru akan dilantik menjadi Presiden AS pada 20 Januari 2017 mendatang. "Saya berharap Cina bisa menutup Kedutaan di Washington dan menarik diplomatnya. Saya akan senang Cina bisa mengakhiri hubungan dengan AS," ungkap Shen.
Kritik terhadap Trump juga datang dari dalam negeri. Senator dari Delaware, Chris Coons, menuturkan Trump bisa melanggar prinsip yang dimiliki pendahulu-pendahulunya di Gedung Putih. "Hal ini mungkin membuat sang bintang reality show itu bangga. Tapi itu tidak bisa membuatnya menjadi seorang pemimpin dunia yang besar," ujar Coons.
Sebaiknya, kata Coons, Trump memilih preseden yang sesuai dengan saran dari penasihat dan departemen negara. Ia juga harus memperhitungkan semua gerak-geriknya secara bijaksana.
Kementerian Luar Negeri Cina mengajukan protes terhadap Trump, setelah ia menerima telepon dari Tsai. Cina menegaskan, hanya ada satu Cina di dunia dan Taiwan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah Cina.
"Prinsip 'satu Cina' adalah dasar politik hubungan Cina-AS," tutur Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang.
Trump berusaha menjelaskan perihal panggilan telepon dari Tsai melalui Twitter. Namun, ia ditegur oleh timnya, karena cuitan Trump akan memicu kekhawatiran lebih lanjut.
"Menarik bagaimana AS menjual peralatan militer Taiwan seharga miliaran dolar, tapi saya tidak harus menerima ucapan selamat," tulis Trump di akun Twitter pribadinya, sebagai pembelaan.