Selasa 06 Dec 2016 02:24 WIB

Netanyahu Ingin Bahas Kesepakatan Nuklir Iran dengan Trump

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Budi Raharjo
Fasilitas nuklir Iran
Foto: telegraph.co.uk
Fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengangkat isu kesepakatan nuklir dalam diskusi dengan presiden AS terpilih, Donald Trump. Pada Ahad (4/12), ia mengatakan kesepakatan tersebut buruk.

Selama kampanye AS, Trump menyebut pakta nuklir AS dengan Iran adalah bencana. "Itu adalah kesepakatan damai terburuk yang pernah dinegosiasikan," kata dia tahun lalu. Meski demikian, ia mengakui kesepakatan itu akan sulit diganggu.

Menurut Netanyahu, Israel berkomitmen mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir dan itu tidak akan pernah berubah. "Saya akan bicara dengan presiden terpilih Trump soal apa yang harus dilakukan dengan kesepakatan buruk ini," kata Netanyahu.

Ia mengutarakannya pada Saban Forum, sebuah konferensi tentang Timur Tengah yang digelar di Washington. Pernyataan Netanyahu dihantarkan satelit dari Yerusalem.

Netanyahu telah menjadi pengkritik keras kesepakatan yang berhasil dicapai Obama tersebut. Meski demikian, ia tidak lagi menyerangnya saat AS-Israel membahas soal paket bantuan senilai 38 milyar dolar AS untuk Israel.

Kesepatan nuklir ini bertujuan mengendalikan pengembangan nuklir Iran. AS yakin negara tersebut berencana membuat senjata nuklir. Sebagai balasan, AS mengangkat sebagian besar sanksi melawan Iran.

Di bawah kesepatan tersebut, Iran berkomitmen menurunkan operasi sentrifugasinya hingga dua pertiga. Sehingga level mengayaan uranium akan jauh di bawah level yang dibutuhkan untuk materi bom.

Iran akan menurunkan level pengayaan uraniumnya dari 10 ribu kg menjadi 300 kg selama 15 tahun. Iran juga akan mengizinkan inspeksi internasional untuk mengawasi dan verifikasi kinerjanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement