Selasa 06 Dec 2016 17:48 WIB

Nelayan: Perahu Sesak Pengungsi Rohingya Tenggelam Usai Dikejar Tentara

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Teguh Firmansyah
Anak-anak mendaur ulang barang dari reruntuhan pasar yang dibakar di sebuah desa Rohingya luar Maugndaw di negara bagian Rakhine, Myanmar, 27 Oktober 2016. Gambar diambil tanggal 27 Oktober 2016.
Foto: Reuters/ Soe Zeya Tun
Anak-anak mendaur ulang barang dari reruntuhan pasar yang dibakar di sebuah desa Rohingya luar Maugndaw di negara bagian Rakhine, Myanmar, 27 Oktober 2016. Gambar diambil tanggal 27 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Puluhan orang etnis Rohingya dilaporkan menghilang setelah perahu yang membawa mereka tenggelam ketika berusaha menuju Bangladesh. Kapal tersebut tenggelam di sebuah sungai di perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh.

Seorang nelayan Bangladesh mengatakan, ia telah menyelamatkan seorang wanita pada Senin (5/12). Menurutnya, perahu  penuh sesak itu tenggelam di Sungai Naf setelah dikejar oleh speedboat tentara Myanmar.

"Kami mendengar teriakan putus asa wanita yang mencari bantuan di pagi hari, sementara kami sedang memancing di Naf. Kami dengan cepat mendayung ke tempat itu dan melihat dia berjuang agar tetap bertahan,” kata si nelayan bernama Suman Das seperti dikutip Aljazirah, Seni (6/12).

Wanita itu mengatakan kepada Das dan rekan-rekannya bahwa perahu mereka penuh sesak dengan warga Rohingya yang berusaha menyeberangi sungai untuk memasuki Bangladesh.

Wanita itu tidak tahu apa yang terjadi pada orang lain. Das sendiri tidak bisa mengatakan berapa banyak orang berada di atas kapal. Namun  kantor berita swasta UNB, mengutip seorang anggota dewan desa Bangladesh mengatakan ada sedikitnya 31 Rohingya di kapal tersebut.

Seperti diberitakan sebelumnya, diprediksi ada 30 ribu warga Rohingya telah dipaksa meninggalkan rumah mereka sejak insiden Oktober berdarah oleh tentara Myanmar di negara bagian Rakhine barat.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan setidaknya 10 ribu di antaranya telah tiba di Bangladesh, meskipun negara tersebut telah mencegah agar mereka tidak masuk dalam jumlah besar.

Myanmar sendiri telah membantah tuduhan pelecehan dan kekerasan tersebut, tetapi mereka telah melarang wartawan asing dan peneliti independen mengakses daerah tersebut.

Baca juga,  Citra Satelit: Ratusan Bangunan Muslim Rohingya Dibakar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement