Selasa 06 Dec 2016 18:43 WIB

Kapolri: Konflik Suriah Bakal Panjang

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
  Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (5/12)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (5/12)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kepolisian RI (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian menuturkan konflik di Suriah yang ikut melibatkan ISIS memang betul-betul kompleks. Sebab, dua negara adidaya, Amerika dan Rusia, sama-sama memiliki kepentingan di sana.

"Konflik di Suriah ini complicated. Karena di sana, Amerika dan Rusia itu punya dua agenda berbeda," ujar dia dalam agenda pembahasan revisi Undang-undang nomor 15 2003 tentang pemberantasan terorisme, di Jakarta, Selasa (6/12).

Tito menambahkan, Rusia memberikan perlindungan kepada kelompok Presiden Suriah Bashar al-Assad dan di sisi lain Amerika mendukung para pemberontak di Suriah.

"Di Suriah ini, Rusia back up Assad, sedangkan pemberontak sama Amerika," tutur dia pada agenda pembahasan revisi Undang-undang nomor 15 2003 tentang pemberantasan terorisme, di Jakarta, Selasa (6/12).

Karena itu, menurut Tito, konflik di Suriah bakal panjang karena dua negara super power tersebut saling berhadapan. Kondisi ini berbeda ketika persoalan dalam konflik di Afghanistan.

"Di situlah ketidakkompakan antara negara superpower. Dua-duanya tidak pada satu agenda sama-sama melemahkan ISIS. Persoalan ISIS akan jadi problem yang lebih lama dari Alqaidah," tutur dia.

Dalam kaitannya dengan Indonesia, Tito mengatakan yang bisa dilakukan pemerintah saat ini hanya mendeteksi dan memetakan tempat operasi teror akan dilakukan, terutama terhadap kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). "Dan menggagalkannya," lanjut dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement