Kamis 08 Dec 2016 19:42 WIB

Militer Myanmar Terus Lakukan Penangkapan Massal Etnis Rohingya

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Anak-anak dari etnis Muslim Rohingya berdiri di Desa U Shey Kya di luar kawasan Maundaw di Rakhine, Myanmar. Foto diambil akhir Oktober 2016.
Foto: Reuters
Anak-anak dari etnis Muslim Rohingya berdiri di Desa U Shey Kya di luar kawasan Maundaw di Rakhine, Myanmar. Foto diambil akhir Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, MAUNGDAW - Angkatan bersenjata Myanmar terus melakukan penangkapan massal warga sipil dari etnis Rohingya. Seorang aktivis hak asasi manusia (HAM) di Maungdaw mengatakan, para tentara menyiksa warga sipil yang ditahan sebagai bagian dari operasi pembersihan etnis.

Sejak operasi diberlakukan pada 9 Oktober lalu, Angkatan bersenjata Myanmar telah menangkap lebih dari 1.000 warga sipil dan menyiksa mereka. Sebanyak 500 warga dibunuh di luar ketentuan hukum dan 200 perempuan dperkosa.

Tentara membakar sedikitnya 4.000 rumah yang membuat pemiliknya harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Lebih dari 50 ribu warga Rohingya kehilangan tempat tinggal dan membutuhkan bantuan makanan, air, serta obat-obatan.

Dua orang terluka parah saat 500 tentara Myanmar dan tentara perbatasan Myanmar melakukan serangan ke Desa Oo Shye Kya, pada Rabu (7/12). Mereka menembaki warga desa yang mencoba kabur dari tempat tersebut. Sebanyak 37 warga ditangkap dalam serangan itu.

"Militer membawa perempuan dan anak-anak keluar dari rumah dan mengumpulkan mereka di sawah dekat desa. Militer menjarah perhiasan mereka dan mencabuli mereka sepanjang hari. Militer mengancam agar kami memberitahu di mana teroris berada, jika tidak mereka akan membunuh kami," ujar seorang warga yang tak disebutkan namanya di Maungdaw, dilansir RVision TV News.

Menurut sumber setempat, ekstrimis Rohingya banyak melakukan penjarahan di rumah-rumah dan toko-toko milih etnis Rohingya. Aksi brutal mereka lainnya didukung oleh militer Myanmar.

"Militer telah membakar rumah kita. Ekstrimis Rakhine menjarah rumah dan toko-toko. Mereka menghancurkan alat memasak dan alat-alat rumah tangga lainnya. Sekarang kami tidak memiliki tempat penampungan, makanan, air, dan obat-obatan. Banyak orang yang akan mati karena penyakit dan kelaparan. Bahkan beberapa orang sudah mati," ungkap seorang pengungsi.

Dalam dua insiden terpisah, Militer Myanmar dengan sewenang-wenang menangkap empat pemuda Rohingya di Desa Chinkhali di Rathedaung. Insiden itu terjadi pada Selasa (6/12) dan Rabu (7/12).

Tanpa bukti apapun, para tentara membawa keempatnya ke markas militer. Dilaporkan sedikitnya ada 100 orang lainnya yang dikurung dan disiksa secara tidak manusiawi di Desa Kyikanpyin, Maungdaw, oleh tentara Myanmar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement