Sabtu 10 Dec 2016 16:31 WIB

Bos Exxon Kandidat Kuat Pilihan Trump Jadi Menlu AS

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
ExxonMobil . Ilustrasi
Foto: Google
ExxonMobil . Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Chief Executive Officer (CEO) Exxon Mobil Corp, Rex Tillerson, diisukan menjadi kandidat kuat yang akan dipilih Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump, untuk menteri luar negeri. Informasi tersebut didapatkan dari seorang anggota tim transisi Trump.

Trump bertemu Tillerson pada Selasa (6/12) dan berencana akan kembali mengadakan pertemuan di akhir pekan. Trump tampaknya akan memberikan pengumuman mengenai siapa yang akan menduduki jabatan menlu, paling lambat pekan depan.

Status istimewa Tillerson ini terungkap setelah mantan Wali Kota New York, Rudy Giuliani, secara resmi mengundurkan diri dari calon kandidat menlu. Giuliani yang menjalankan bisnis konsulting global, bahkan telah memberikan surat keterangan sehat.

Pejabat transisi, yang berbicara secara anonim tersebut mengatakan Tillerson telah menjadi pembahasan Trump untuk posisi strategis ini. Sebelumnya Trump juga menyebutkan nama Mitt Romney, yang pernah menjadi calon Presiden AS dalam pemilu 2012 dari Partai Republik. Romney diketahui telah bertemu Trump sebanyak dua kali.

Pejabat itu mengatakan, Romney masih dalam pertimbangan untuk diberikan jabatan menlu. Kandidat lainnya selain Romney adalah mantan Duta Besar AS untuk PBB John Bolton, Senator AS dari Tennessee Bob Corker, dan pensiunan Angkatan Laut Laksamana James Stavridis.

Setelah Tillerson dicalonkan, bisnisnya mendapat pengawasan khusus. Exxon Mobil beroperasi di lebih dari 50 negara yang mengeksplorasi minyak dan gas alam di enam benua.

Pada 2011, Exxon Mobil menandatangani kesepakatan dengan Rosneft, perusahaan minyak milik negara terbesar di Rusia. Mereka berencana untuk mengeksplorasi dan memproduksi minyak bersama. Sejak itu, Exxon telah membentuk 10 usaha bersama untuk proyek-proyek di Rusia. Pada 2013, Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan Tillerson penghargaan Order of Friendship dari Rusia.

Namun sanksi AS terhadap Rusia atas aksi serangan kepada Krimea, cukup berdampak terhadap Exxon Mobil. Exxon terpaksa menghentikan sejumlah proyek dan mengalami kerugian hingga 1 miliar dolar AS atau Rp 13 triliun. Tillerson kemudian sangat vokal menyuarakan kritik terhadap sanksi itu.

Di sisi lain, Trump mengatakan ia ingin menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Moskow. Keinginan itu menimbulkan kekhawatiran Kongres, bahwa Trump bisa melonggarkan beberapa sanksi terhadap Rusia.

Tillerson adalah pemimpin dan CEO Exxon Mobil sejak 2006. Dia diperkirakan akan pensiun dari perusahaannya tahun depan. Jika Tillerson menduduki jabatan sekretaris negara, masalah iklim akan semakin rumit. Perusahaannya sedang diselidiki oleh Jaksa Agung New York karena diduga telah menyesatkan investor, regulator, dan publik terkait pemanasan global.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement