Sabtu 10 Dec 2016 20:30 WIB

Ini Kondisi Terbaru Pengungsi Rohingya Versi Dompet Dhuafa

Rep: Umi Nur Fadilah/ Red: Muhammad Hafil
Citra satelit  DigitalGlobe yang dirilis oleh Human Rights Watch 21 November 2016, menunjukan kerusakan bangunan di desa Wa Peik, Maungdaw District, Myanmar dimana etnis Rohingya tinggal.
Foto: DigitalGlobe via AP
Citra satelit DigitalGlobe yang dirilis oleh Human Rights Watch 21 November 2016, menunjukan kerusakan bangunan di desa Wa Peik, Maungdaw District, Myanmar dimana etnis Rohingya tinggal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa mengunjungi sejumlah lokasi pengungsian Muslim Rohingya di Sittwe, Rakhine, Myanmar, Sabtu (10/12). Tim kemanusiaan menjelaskan, selama ini pengungsi yang berada di Dar Paing dan desa Aung Mingalar hidup dengan mengandalkan bantuan dari lembaga kemanusiaan.

"Sepantauan kami di sini, memang kondisi mereka cukup memprihatinkan," kata anggota Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa, Yogi Achmad Fajar dalam pesan singkat yang diterima Republika.co.id, Sabtu (10/12).

Ia tidak menampik, kondisi hidup di pengungsian memang sangat terbatas dan kekurangan. Salah satu yang paling terlihat, yakni masalah asupan gizi untuk anak-anak. Hal tersebut menurutnya berdampak pada tumbuh kembang tubuh mereka.

"Mungkin asupan gizi mereka (anak-anak) juga kurang, mereka terlihat kurus-kurus memang," ujar Yogi.

Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa berhasil masuk ke Sittwe karena bantuan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Yangon dan Kementerian Luar Negeri (Kemlu). "KBRI, sebelumnya menghubungi Kementerian Luar Negeri Myanmar. Selama di sini, kami tetap diawasi juga," lanjutnya.

Yogi menuturkan, aparat keamanan lengkap dengan senjata laras panjang masih tetap berjaga di dua daerah tersebut. Namun, tm kemanusiaan tidak mendapatkan informasi apakah aparat keamanan hanya berjaga, atau juga membatasi aktivitas pengungsi.

Yogi menjelaskan, kebutuhan paling mendesak para pengungsi, yakni kebutuhan pokok khususnya makananan dan minuman. Ia bersyukur, anak-anak di desa Aung Mingalar masih dapat mengenyam pendidikan. Namun, mereka butuh bantuan seperti alat tulis, tas, dan sepatu.

"Yang utama tetap kebutuhan makanan. Di camp Dar Piang, kebutuhan sanitasi dan penerangan (diperlukan)," tutur dia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement