REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekelompok petugas kepolisian New York City (NYPD) yang beragama Islam meminta untuk bertemu dengan Presiden terpilih Donald Trump seiring meningkatnya insiden kebencian di New York. Namun sejauh ini Trump belum menanggapi permintaan tersebut.
Presiden Brooklyn Borough, Eric Adams menulis surat kepada Trump 6 Desember lalu. Adams meminta Trump untuk bertemu dengan petugas NYPD muslim termasuk Elsokary yang menjadi korban kejahatan rasial awal bulan ini.
Dalam suratnya kepada Trump, Adams menjelaskan terjadi lonjakan 115 persen terkait insden kejahatan kebencian di New York City sejak pemilihan presiden AS. Menurut Adams, peningkatan ini menggambarkan bagian dari tren nasional yang didorong oleh ketegangan pemilu presiden AS. Khususnya saat retorika kampanye trump tentang muslim AS.
“Meskipun Trump telah menyerukan setiap pendukungnya yang telah berpartisipasi dalam serangan rasis atau insiden vandalisme untuk berhenti dan tidak melakukan kejahatan kebencian. Namun Trump bisa menawarkan jaminan kepada komunitas Muslim-Amerika yang besar di negara ini,” ujaR Adams seperti dilansir Yahoo.com (10/12).
Ia menjelaskan, dorongan untuk pertemuan dengan Trump datang setelah Elsokary dan anggota lain dari Petugas NYPD Muslim Society datang ke Brooklyn Borough Hall untuk bertemu Adams dan membahas insiden kejahatan kebencian yang terjadi.
Setelah pertemuan ini, Adams mengusulkan ide untuk mengadakan pertemuan dengan Trump dan ia akan mengatur permintaan pertemuan tersebut. Elsokary dan petugas muslim lainnya menyambut baik ide ini.
Awal bulan ini, Elsokary diserang seorang pria Brooklyn yang diketahui bernama Christopher Nelson. Nelson ditangkap setelah melecehkan Elsokary dan menyerang anaknya sehari sebelumnya. Nelson meminta Elsokary untuk meninggalkan negara karena agama yang ia anut.
Menurut polisi, saat peristiwa itu terjadi, Elsokary sedang memarkir mobilnya di Bay Ridge Sabtu malam ketika ia melihat anaknya didorong dan dicaci-maki oleh Nelson. Ketika Elsokary, yang sedang tidak bertugas mendekati, Nelson mengucapkan kata-kata kasar dan mengancam akan memotong lehernya.
Nelson kemudian diidentifikasi melalui rekaman pengawas yang ada di sekitar lokasi. "Saya lahir dan dibesarkan di sini. Saya di sini untuk melindungi kota , dan saya tahu kota kami di sini untuk melindungi saya," kata Elsokary.