Rabu 14 Dec 2016 14:10 WIB

AS Langgar Kesepakatan, Iran Kembangkan Kapal Bertenaga Nuklir

Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Foto: Reuters/ISNA/Hamid Forootan/Files
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Iran memerintahkan ilmuwannya pada Selasa (13/12) untuk mulai mengembangkan pranata kapal bertenaga nuklir sebagai tanggapan atas yang disebutnya pelanggaran AS terhadap kesepakatan nuklir 2015.

Pakar nuklir mengatakan langkah Presiden Hassan Rouhani itu, jika dilancarkan, kemungkinan memerlukan Iran mengembangkan uranium hingga ke tingkat di atas yang disepakati dalam kesepakatan untuk menenangkan kekhawatiran terkait pengembangan bom atom Teheran.

Pengumuman Rouhani itu menandai tanggapan nyata pertama Teheran terhadap keputusan Kongres AS pada bulan lalu untuk memperluas sejumlah hukuman terhadap Teheran, yang juga akan membuatnya lebih mudah menjatuhkan kembali hukuman, yang dicabut dalam kesepakatan itu.

Gedung Putih mengatakan mereka mengetahui akan hal itu dan menyatakan Rouhani mengatakan segala pekerjaan terkait kapal itu akan dilakukan dalam batasan kesepakatan Iran. "Pengumuman dari pihak Iran hari ini tidak melanggar kesepakatan internasional untuk mencegah Iran memiliki sebuah senjata nuklir," kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest dalam pengarahan berita.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby mengatakan AS meyakini Lembaga Energi Atom Internasional, yang memantau lokasi nuklir Iran, akan mampu menganalisa kepatuhan Iran terhadap kesepakatan itu. "Terdapat banyak yang tidak kami ketahui terkair hal itu, apa arti hal itu," kata Kirby mengacu kepada pengumuman Rouhani, dalam pengarahan berita pada Selasa.

Kegiatan nuklir laut adalah usaha besar bagi negara mana pun dan diperkirakan memerlukan waktu puluhan tahun untuk berhasil. Rouhani menjelaskan teknologi itu sebagai sebuah "mesin nuklir untuk digunakan dalam kendaraan laut," namun tidak mengatakan apakah itu hanya kapal atau juga dengan kapal selam.

Iran mengatakan pada 2012 mereka mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir pertama mereka. Pernyataan Rouhani dapat memicu ketegangan dengan Washington, yang memanas dikarenakan Presiden terpilih Donald Trump berjanji untuk menyingkirkan kesepakatan itu, yang mencabut sanksi terhadap Iran jika Iran menghentikan aktivitas nuklirnya.

Rouhani juga memerintahkan perencanaan produksi bahan bakar untuk kapal-kapal bertenaga nuklir yang sejalan dengan pengembangan program nuklir damai Iran. Namun, di bawah kesepakatan Nuklir yang dicapai oleh Iran dengan AS, Prancis, Jerman, Inggris, Rusia dan Cina, mereka tidak diperbolehkan mengembangkan uranium di atas tingkat kemurnian 3,67 persen selama 15 tahun, sebuah tingkat yang diperkirakan cukup untuk menjalankan kapal.

"Dengan dasar pengalaman internasional, jika Iran menjalankan proyek (penggerak nuklir) itu, mereka perlu meningkatkan tingkat pengembangannya," kata Mark Hibbs, pakar nuklir dan petinggi dari Sumbangan untuk Perdamaian Internasional Carnegie.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement