REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pihak berwenang Mesir menghukum mati pejuang garis keras terkemuka Adel Habara, Kamis (15/12), beberapa hari setelah Mahkamah Agung menolak kasasi dan menentang ancaman militan memicu kekerasan di seluruh pelosok negeri itu.
Media pemerintah setempat mengatakan Habara (40 tahun) divonis hukuman mati pada 2014 atas pembunuhan 25 anggota wajib militer di Sinai Utara pada Agustus 2013. Dia dihukum gantung pada Kamis pagi setelah Presiden Abdel Fattah Al Sisi menandatangani vonis hukuman mati, kata kantor berita milik pemerintah Mesir, MENA.
Sisi menyerukan penindakan tegas terhadap kelompok garis keras sejak panglima militer Mesir itu menjabat presiden pada Juli 2013 setelah menggulingkan presiden terpilih Mohamed Mursi dari organisasi Ikhwanul Muslimin. Dia memerangi pemberontakan yang berkecamuk di Sinai Utara yang dipimpin warga Mesir itu di Provinsi Sinai yang berafiliasi dengan ISIS.
Kelompok keras tersebut membunuh ratusan tentara dan polisi dalam serangan reguler yang makin intensif sejak Sisi berkuasa.
Setelah banding yang diajukan Habara ditolak oleh Pengadilan Kasasi pada Sabtu, kelompok garis keras ISIS mengeluarkan peringatan dalam jaringan (online) kepada Sisi agar tidak melaksanakan eksekusi itu.
"Kepada tiran Sisi, jika Anda berani mengeksekusi Syeikh Adel Habara, demi Allah, Anda akan memicu meningkatnya kekerasan di seluruh penjuru negeri dan membuka pintu neraka bagi tentara Anda, dan institusi," demikian pesan yang terbaca di akun Lone Wolves yang dijalankan pendukung ISIS melalui telegram.
Meskipun serangan ISIS secara luar ditujukan kepada pasukan keamanan di markas Sinai Utara, wilayah strategis yang berbatasan dengan Israel, Gaza, dan terusan Suez, kelompok tersebut juga melancarkan serangan mematikan di Kairo. ISIS menyatakan bertanggung jawab atas bom bunuh diri di gereja besar Kathedral di negara itu yang menewaskan 25 orang pada Ahad.
Pihaknya juga menembak jatuh pesawat Rusia pada tahun lalu dalam sebuah serangan yang menewaskan 224 orang hingga memukul sektor pariwisata dengan meletakkan bom di kaleng minuman ringan. MENA melaporkan Habara dibawa dari dalam selnya dengan pengamanan maksimum Aqrab atau Scorpion di penjara Kairo menuju Pengadilan Kasasi. Di tempat itu dia menjalani hukuman gantung di depan para pejabat dan aparat hukum.
Habara, yang menjadi berita utama atas keterlibatannya dalam serangan itu, juga dituduh terlibat dalam serangan lain kelompok keras di Rafah pada Agustus 2012, yang mengakibatkan 16 tentara tewas. Dia juga dituduh terlibat dalam gerakan keras lain.