REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lembaga think tank Amerika Serikat mendeteksi keberadaan senjata pertahanan di pulau buatan Laut Cina Selatan, Rabu (14/12). Persenjataan itu dipasang di ketujuh pulau buatan hasil reklamasi.
Laporan berasal dari hasil analisis citra satelit terbaru. Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) di Center for Strategic and International Studies melaporkannya pertama kepada Reuters, hari Rabu.
Pada Kamis (15/12), Cina mengatakan penempatan sistem pertahanan tersebut sah dan normal. Dalam pembangunannya, Cina menegaskan pulau buatan itu umumnya tetap dikonstruksi untuk keperluan sipil.
AMTI melaporkan ada struktur konstruksi heksagonal di Fiery Cross, Mischief dan Subi reef di Kepulauan Spratly. Konstruksi itu sudah ada di sana sejak Juni dan Juli. Cina telah membangun landasan udara militer sebelumnya.
"Sekarang struktur-struktur itu tampak berkembang jadi titik pertahanan di fasilitas yang lebih kecil di Gaven, Hughes, Johnson, dan Cuarteron," kata AMTI. Mereka menggunakan analisa citra satelit pada November.
Citra satelit Hughes dan Gaven menunjukkan adanya senjata seperti anti-pesawat dan sistem senjata jarak dekat yang bisa melindungi dari rudal jelajah.
Sementara citra satelit dari Fiery Cross Reef menunjukkan menara yang tampak memiliki radar. AMTI mengatakan Fiery Cross juga telah memiliki pelindung. Dari ukurannya, pelindung bisa jadi sistem pertahanan bagi daerah terumbu karang yang lebih kecil.
Baca juga, Bahas Laut Cina Selatan, Cina Marah dengan Negara Maju.