REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sekitar 3.000 warga sipil dan sekitar 40 orang yang terluka, termasuk anak-anak telah diungsikan dari Aleppo timur, Kamis waktu setempat (15/12) lewat dua konvoi evakuasi.
Direktur Regional Komite Internasional Palang Merah (ICRC) untuk Timur Dekat dan Timur Tengah Robert Mardini mengatakan lebih banyak lagi rotasi bus dan ambulans dibutuhkan dalam beberapa hari ke depan. Dia baru saja diberi penjelasan oleh kepala delegasi ICRC Suriah Marianne Gasser di Aleppo.
"Inilah langkah pertama kami, ini positif," kata Mardini, setelah yang pertama dari dua evakuasi dari bagian timur Aleppo yang kini dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah.
ICRC mengatakan konvoi ketiga sudah menuju Aleppo. Evakuasi pertama terdiri dari bus-bus dan 13 ambulans berhasil melewati daerah barat kota yang dikuasai pemerintah menuju wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak di mana pengungsi akan memilih ke mana mereka pergi selanjutnya.
Sebuah tim terdiri dari 14 staf ICRC dan 100 relawan dari Bulan Sabit Merah Arab Suriah (SARC) ambil bagian dalam operasi ini. Mereka membutuhkan alat berat untuk menyingkirkan puing-puing demi memuluskan perjalanan bus pengangkut pengungsi yang hendak ke Aleppo timur yang merupakan jalan maut, kata Mardini.
Gasser juga mengawasi pengungsian dari Madaya dan kota tua Homs selama perang yang sudah berlangsung enam tahun itu.
"Laporan yang kami dapatkan dari dalam kota dan yang diceritakan kolega-kolega kami kepada saya sungguh menyayat hati. Orang-orang benar-benar kelaparan, kecewa, dalam kondisi terburuk," kata Mardini.
"Namun mereka akhirnya gembira sekali menyaksikan kami, mereka berterima kasih kepada kami telah sampai di sana, kendati kami telah mengecewakan mereka, karena ini agak terlalu terlambat, tetapi ini tetap penting," sambung dia.
Pihak berwenang Suriah melakukan skrining ringan kepada para pengungsi untuk memeriksa mana di antara pengungsi yang tidak memiliki identitas resmi. "Sejauh ini, mayoritas besar yang diungsikan hari ini adalah penduduk sipil," kata dia, dikutip Antara News.