REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Warga Australia yang tidak tamat sekolah menengah memiliki kemungkinan dua kali lebih besar terkena serangan jantung dibandingkan mereka yang sarjana. Menurut sebuah penelitian terbaru, dengan penyakit jantung menjadi penyebab utama kematian di Australia, para pakar kesehatan mengatakan kesenjangan ini menunjukkan perlunya pendidikan yang lebih baik untuk mencegah penyakit jantung.
Penemuan mengejutkan ini diungkapkan oleh para pakar sebab musabab penyakit (epidemiolog) yang ambil bagian dalam penelitian usia 45 ke atas yang dilakukan Sax Institute. Profesor Emily Banks adalah direktur sains dalam penelitian ini dan epidemiolog di Australian National University (ANU).
Dia mengatakan mereka menemukan mereka yang tidak memiliki kualifikasi pendidikan memiliki kemungkinan 150 persen lebih tinggi terkena serangan jantung dibandingkan mereka yang lulus universitas. (Di Australia kualifikasi pendidikan terendah adalah tamat sekolah menengah. Di bawah itu, mereka dianggap tidak berpendidikan karena ijazah hanya diberikan untuk tingkat sekolah menengah.)
"Mereka juga memiliki 50 persen lebih tinggi terkena stroke," katanya.
Penelitian ini menjejaki data lebih dari 260 ribu pria dan wanita yang memiliki usia di atas 45 tahun, selama lima tahun. Peneliti tim Profesor Banks ini menggunakan data itu untuk menemukan apa yang digambarkan sebagai hubungan yang semakin kuat antara pendidikan rendah dengan kesehatan yang buruk.
"Kami tahu tidak ada hal yang khusus mengenai pendidikan universitas yang bisa melindungi kesehatan jantung kita. Jadi penelitian ini ingin menunjukkan abha ada begitu banyak penyakit jantung di Australia yang bisa dicegah," katanya.
Rosemary Korda, seorang epidemiolog dari ANU dan peneliti utama dalam penelitiana ini mengatakan satu penemuan penting adalah bahwa mereka yang memiliki pendidikan tinggi akan memiliki akses lebih banyak.
"Jadi Anda mungkin punya penghasilan lebih banyak, punya pengetahuan lebih banyak, dan kesehatan anda lebih baik dengan meningkatnya pendidikan Anda," katanya.
Namun hubungan antara tingkat pendidikan dengan buruknya kesehatan sejauh ini masih belum juga jelas. Menemukan hubungan itu akan menjadi langkah berikutnya bagi Korda dan tim penelitinya.
"Bisa jadi tingkat merokok lebih tinggi diantara mereka yang berpendidikan lebih rendah, dan kita tahu bahwa merokok adalah faktor resiko besar bagi penyakit jantung," kata Korda.
"Bisa juga faktor lain yang disebabkan karena pendidikan, yang bisa menyebabkan kurangnya pergerakan fisik, berat badan, apa yang kita kenal dengan faktor gaya hidup."
"Tetapi juga ada akses terhadap layanan kesehatan, jadi bisa juga ada perbedaan penggunaan obat-obatan pencegah diantara mereka yang berpendidikan rendah dengan pendidikan tinggi."
Kelompok pegiat kesehatan mengatakan dana miliaran dolar bisa dihemat oleh pemerintah Australia bila program pencegahan dan pendidikan kesehatan lebih baik tersedia.
Direktur Eksekutif Yayasan Jantung (Heart Foundation) NSW Kerry Doyle mengatakan 'tindakan bersama' perlu dilakukan oleh pemerintah federal dan negara bagian guna memastikan Australia memiliki komunitas yang sehat dan berkelanjutan. "Kita juga perlu meningkatkan penekanan pada kemelekan soal kesehatan, mengajar masyarakat gaya hidup sehat itu adalah misalnya berhenti merokok, dan hal-hal lainnya. Dan itu adalah peran yang dilakukan pemerintah, dan juga sektor LSM, lembaga seperti Yayasan Jantung juga bisa memainkan peran yang kuat," katanya.