Jumat 16 Dec 2016 19:13 WIB

Korban Luka dan Anak Diutamakan untuk Dievakuasi dari Aleppo

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Yudha Manggala P Putra
Puluhan bus dan ambulans mengevakuasi ribuan orang penduduk sipil di Aleppo pada Kamis (15/12).
Foto: Reuters
Puluhan bus dan ambulans mengevakuasi ribuan orang penduduk sipil di Aleppo pada Kamis (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Penasihat Kemanusiaan PBB untuk Suriah Jan Egeland mengatakan, ribuan orang butuh untuk segera dievakuasi dari Aleppo. Terutama mereka yang membutuhkan pertolongan cepat.

"Namun orang-orang yang terluka, sakit, anak-anak, termasuk anak yatim harus diutamakan untuk dilakukan evakuasi. Sebab mereka yang paling membutuhkan pertolongan," katanya, Jumat, (16/12).

Utusan Khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura mengatakan, sekitar 50 ribu orang masih ada di Aleppo yang dikuasi oleh kelompok oposisi. Sebanyak 10 ribu orang akan dievakuasi ke Idlib dan sisanya akan dievakuasi ke kota-kota yang dibawah kekuasaan Pemerintah Suriah.

Aleppo yang ditinggalkan hanya seperti tanah yang terlantar. Terlihat bangunan-bangunan luluh lantak. Reruntuhan bangunan ada di mana-mana. Beberapa hari ini puluhan ribu warga Suriah hidup di bawah bombardir akibat perang antara kelompok oposisi dengan Pemerintah Suriah.

Menteri Luar Negeri AS John Kerr mengatakan, Pemerintah Suriah telah melakukan pembunuhan massal di Aleppo. Ketua Bantuan PBB Stephen O'Brien akan melakukan rapat dengan Dewan Keamanan PBB untuk melaksanakan evakuasi di Aleppo.

Kelompok pertahanan sipil Syrian White Helmets dan sejumlah kelompok HAM menuding Rusia melakukan kejahatan perang di Suriah. Serangan udara Rusia di Aleppo menewaskan 1.207 penduduk sipil termasuk 380 anak-anak.

Kelompk tersebut telah membuat surat yang dikirim kepada PBB isinya 304 daftar serangan Rusia di Aleppo antara Juli hingga Desember. Rusia sepertinya harus bertanggung jawab terhadap semua serangan itu.

Wakil PBB dari Rusia belum bisa diminta komentar mengenai tudingan tersebut. Namun Rusia menyatakan, mereka menghentikan serangan udara di Aleppo pada pertengahan Oktober.n dyah ratna meta novia/reuters

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement