REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Evakuasi warga sipil di Aleppo, Suriah terhenti. Para pemberontak dinilai gagal menghormati kesepakatan untuk tidak mengepung dua kota pro pemerintah.
Sekitar 6.000 warga sipil dan pemberontak meninggalkan Aleppo, kota terbesar di Suriah. Sejak Kamis (15/12), pemerintah merebut sebagian besar daerah di kota tersebut.
Berdasarkan laporan PBB, di antara para pengungsi ada 2.700 anak-anak. Namun PBB menilai masih ada puluhan ribu orang terjebak di Aleppo Timur. "Aleppo sekarang menjadi seperti neraka," kata Sekjen PBB Ban Ki-moon kepada wartawan di New York, dikutip dari BBC, Sabtu (17/12). Ia mendesak agar proses evakuasi kembali dilakukan.
Pemerintah Prancis menyerukan agar dewan keamanan PBB mengawal operasi evakuasi. Prancis meminta bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke kota Aleppo dan PBB menjamin perlindungan di Rumah Sakit setempat.
Selama empat tahun terjadi pertempuran di Aleppo Timur menyebabkan ribuan orang tewas. Fasilitas seperti rumah sakit hancur dan menghilangkan persediaan makanan. Teriakan bernada protes datang dari seluruh penjuru dunia. Malaysia dan Turki mengutuk kekerasan terhadap warga sipil di Suriah.