Sabtu 17 Dec 2016 14:31 WIB

Obama Tuding Putin Perintahkan Peretasan Email Partai Demokrat

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS Barack Obama.
Foto: AP
Presiden AS Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Barack Obama menuding Presiden Rusia Vladimir Putin secara personal memerintahkan para peretas membajak email Partai Demokrat. Ini dilakukan untuk memenangkan Donald Trump menjadi Presiden Amerika dalam pemilihan presiden 8 November lalu.

"Intelijen melaporkan para peretas Rusia meretas email milik Komite Nasional Demokrat dan John Podesta. Laporan ini bisa dipercaya," katanya, Jumat (16/12).

Peretasan email Partai Demokrat terjadi melalui perintah pemerintah Rusia tingkat tinggi. "Ini tak akan terjadi tanpa keterlibatan Vladimir Putin," ujar Obama.

Obama mengaku pernah memperingatkan Putin pada September lalu supaya tak ikut campur dalam kampanye di Amerika. Ia mengatakan, "Hentikan itu," saat bertemu dengan Putin di Cina untuk melakukan pertemuan G-20.

Ia juga memberikan waktu bagi para pejabat intelijen memproses laporan keterlibatan Rusia dalam proses pemilihan presiden di Amerika. Laporan ini akan diberikan sebelum ia meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari yang akan datang.

Obama saking marahnya juga menyebut Rusia sebagai negara kecil dan lemah yang tak menghasilkan apa-apa untuk dibeli negara lain kecuali gas dan senjata. Hubungan antara Washington dan Moskow juga semakin memburuk.

Saat ini Obama membiarkan peretas-peretas Amerika Serikat melakukan balas dendam kepada Rusia. Ini dilakukan untuk menghentikan para peretas Rusia mengganggu Amerika. Ia mengatakan, sudah melakukan diskusi dengan Trump untuk melakukan proses transisi pemerintahan dengan lancar.

John Podesta merupakan ketua kampanye bagi Hillary Clinton saat pemilihan presiden. Namun emailnya dibajak sehingga terungkap semua rahasia yang seharusnya tak diketahui publik.

Dalam email tersebut salah satunya terdapat biaya pidato yang diberikan Clinton di Wall Street dan pertengkaran di dalam partai. Clinton sangat malu atas bocornya email tersebut. Ia juga merasa diperlakukan tak adil oleh media massa.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement