REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Para pemimpin Uni Eropa menyetujui rencana untuk negosiasi Brexit, serta berjanji untuk bergerak cepat dan kompak untuk memastikan Inggris tidak hanya memilih kesepakatan yang menguntungkan bagi mereka. Para pemimpin itu khawatir jika hal tersebut dapat mempengaruhi negara lain untuk keluar dari blok itu.
Perdana Menteri Theresa May meninggalkan pertemuan sebelum 27 pemimpin lainnya bertemu untuk mengesahkan rencana mereka tentang cara pelaksanaan pembicaraan Brexit. Sebelum menuju tanah air, para diplomat mengatakan May telah meyakinkan negara Eropa lainnya bahwa ia akan meluncurkan proses selama dua tahun pada akhir Maret, meskipun peran para hakim London pada kasus di mahkamah konstitusi dikatakan dapat mengganggu rencananya. "Benar bahwa para pemimpin lainnya sedang mempersiapkan untuk negosiasi tersebut, sebagaimana halnya kami juga yang sedang melakukan persiapkan," ujar May kepada wartawan.
Sebanyak 27 negara mengeluarkan pernyataan bahwa mereka bertekad untuk menjadikan Uni Eropa berhasil, dan siap berunding dengan cepat untuk mengatasi ketidakpastian yang timbul akibat Brexit. Namun segala persetujuan harus berdasarkan keseimbangan hak dan kewajiban dan menolak upaya Inggris untuk tetap di dalam pasar tunggal UE jika tidak menerima pengungsi dari Eropa, satu dari empat kebebasan utama dari Uni Eropa yang ditolak oleh pemilih Inggris pada referendum Juni lalu.
Beberapa menteri Inggris mengatakan mereka dapat mengamankan kesepakatan perdagangan bebas dengan UE sebelum proses dua tahun pemisahan selesai. Tidak banyak pemimpin UE maupun pejabat Inggris yang setuju dengan pandangan tersebut. Biasanya kesepakatan semacam itu dapat memakan waktu hingga sepuluh tahun.