REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Presiden Rusia Vladimir Putin, pendukung Presiden Suriah dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pendukung kelompok oposisi Suriah pada Ahad, (18/12) berbicara melalui telepon. Kedua pihak setuju untuk menghentikan gangguan supaya evakuasi berjalan lancar.
Komandan tentara Suriah mengatakan, masih ada kesempatan untuk melakukan evakuasi warga sipil dengan aman. Sedangkan menurut media yang dioperasikan sekutu Assad, Hezbollah, penundaan evakuasi yang terjadi merupakan keselahan teroris dan negara-negara pendukungnya.
Ratusan kelompok oposisi dan keluargnya berada di Aleppo. Mereka duduk atau berdiri di bus-bus berharap evakuasi akan segera dilaksanakan setelah terhenti selama tiga hari. Menurut televisi Pemerintah Suriah, bus-bus meninggalkan Aleppo di mana 15 ribu orang berkumpul di alun-alun untuk menunggu dievakuasi. Banyak orang tidur di jalan-jalan dalam cuaca beku dan kedinginan.
Di lapangan di Distrik Sukari, Aleppo, orang-orang dan keluarganya menunggu bus berdatangan untuk menjemput mereka. Orang-orang diberi nomor bus untuk masuk. Seorang mantan guru, Salah al Attar mengatakan, semua orang menunggu untuk dievakuasi.
"Mereka hanya ingin pergi, saya bersama istri, lima anak saya, dan ibu saya," ujarnya.
Ribuan orang telah dievakuasi sejak Kamis lalu. Namun masih banyak orang yang masih menunggu untuk dievakuasi. Mereka dibawa ke barat Aleppo untuk dievakuasi. Turki menyatakan, warga yang dievakuasi dapat diungsikan di dekat perbatasan Turki ke utara.