Ahad 25 Dec 2016 19:01 WIB

Flu Burung, Cina Hentikan Perdagangan Unggas Hidup

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Winda Destiana Putri
Ilustrasi flu burung.
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi flu burung.

REPUBLIKA.CO.ID,  SUZHOU -- Sebuah kota di Cina menangguhkan perdagangan unggas hidup demi kesehatan masyarakat. Hal ini dilakukan setelah tetangga provinsinya melaporkan adanya kasus infeksi flu burung pada manusia.

Suzhou, kota terbear kedua di timur provinsi Jiangsu akan menghentikan perdagangan unggas pada tengah malam Ahad (25/12). Hal tersebut disamapaikan People's Daily di situsnya.

Musim dingin ini, dua rang dikabarkan tewas dengan terdeteksi terkena virus flu burung strain H7N9. Ini merupakan korban tewas pertama di antara sedikitnya tujuh orang yang terkena infeksi.

Dalam sepekan terakhir, Hong Kong dan Macau juga telah melaporkan infeksi virus ke manusia pada musim ini. H7N9 belum terdeteksi baik pada manusia maupun hewan di Cina hingga Maret 2013.

Kota Shanghai, sekitar 100 kilometer tenggara Suzhou melaporkan, pekan lalu seorang pria didiagnosis terjena strain H7N9 setelag perjalanan dari Jiangsu. Dua kematian terjadi di provinsi Anhui, sebelah barat Shanghai dan Suzhou. Provinsi tersebut telah melaporkan adanya lima infeksi virus ke manusia sejak 8 Desember.

Pihak berwenang di Anhui, yang memiliki populasi hampir 60 juta telag menutup beberapa pasar ternak. Mereka juga meningkatkan sterilisasi untuk mencegah penyebaran virus. Banyak ayam telah dimusnahkan untuk menghentikan penyebaran virus.

Di Xiamen, sebuah kota di provinsi Fujian juga menghentikan penjualan unggas setelah seorang pria (44 tahun) didiagnosi dengan H7N9. Wabah flu burung di Cina daratan pada akhir 2013 hingga awal 2014 menewaskan 36 orang dan menyebabkan kerugian lebih dari 6 miliar dolar AS di sektor pertanian.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement