Kamis 29 Dec 2016 16:30 WIB

Remaja Filipina Tewas dalam Baku Tembak di Sarang Narkoba

 Kandidat presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Foto: Reuters/Romeo Ranoco
Kandidat presiden Filipina Rodrigo Duterte.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Tiga anak di bawah umur termasuk di antara tujuh orang yang ditembak mati terduga pelaku main hakim sendiri di ruang penyimpanan narkotika gelap di Filipina, Kamis (29/12). Peristiwa itu menjadi pembunuhan terkini dalam pemberantasan berdarah terhadap narkotika.

Kepolisian mengatakan dua pria bersenjata mengendarai sepeda motor datang dan memasuki tempat, yang oleh polisi disebut sarang obat terlarang, di wilayah utara ibu kota Filipina, Manila, Rabu malam. Mereka melepaskan tembakan ke dalam ruangan itu, yang menewaskan seketika lima orang sebelum lari. Sebanyak dua korban lain meninggal sebelum tiba di rumah sakit.

Empat orang dari yang terbunuh adalah remaja, dua dari mereka berusia 15 tahun, seorang berusia 16 tahun, dan seorang lagi 18 tahun. Pembunuhan tersebut terjadi saat pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte menyiapkan usulan undang-undang kepada Kongres agar menurunkan usia tanggungan pidana dari 15 tahun menjadi sembilan tahun.

Lebih dari 6.100 orang tewas dalam enam bulan yang lalu selama tindakan kontroversial Duterte dalam memberantas narkoba.

Sepertiga dari jumlah kematian itu terjadi di bawah operasi pihak kepolisian dan yang lainnya diklasifikan sebagai kematian di bawah proses penyelidikan.

Kepolisian menyatakan kematian selama operasi pemberantasan narkoba merupakan tindakan mempertahankan diri. Penindakan tegas tersebut, yang menjadi bagian penting dalam kampanye keterpilihan Duterte, memicu kecaman dari beberapa negara dan menyebabkan ketegangan Filipina dengan beberapa sekutu utamanya dan negara donor, di antaranya Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dia justru memuji Cina, yang tidak mau melibatkan diri dalam urusan dalam negeri Filipina itu. Duterte menyerang balik melalui teguran menakjubkan dan menegaskan dia bersedia "membusuk di dalam penjara" untuk menghindarkan Filipina dari persoalan obat terlarang, yang sejak awal dia bersumpah memecahkannya dalam waktu tiga hingga enam bulan.

Dia menganggap bencana narkoba itu lebih besar daripada yang dia pikirkan semula. Dalam wawancara dengan stasiun televisi pada Kamis, Duterte menyatakan peperangan terhadap narkoba tidak akan segera berakhir.

"Sampai penjual obat bius terakhir keluar dari jalanan, sampai juragan narkotika terakhir tewas, kampanye pemberantasan narkotika ini akan terus berlanjut sampai hari terakhir masa jabatan saya," kata dia.

Pembunuhan dengan cara main hakim sendiri sering terjadi dan pihak berwenang dituduh kelompok hak asasi manusia mempekerjakan pembunuh bayaran untuk menghabisi tersangka penyalahgunaan narkotika. Dengan suara lantang, Duterte menyangkal tuduhan polisi bersekongkol dengan warga untuk main hakim sendiri dan menyatakan gerombolan narkotika membunuh pesaingnya dengan membungkam sejumlah informan.

Menurut dia, itu terjadi jauh hari sebelum dia menjabat Presiden Filipina.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement