REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu (28/12) mengecam pidato kebijakan Timur Tengah Menteri Luar Negeri AS John Kerry, dan mencela Kerry sebagai terobsesi dan bias.
Politikus garis keras Israel itu mengatakan ia kecewa dan terkejut oleh pidato Kerry, Kamis malam (29/12). "Apakah itu apa yang telah menjadi pusat perhatian menteri luar negeri dari negara terbesar di dunia?" Netanyahu mempertanyakan dengan cara menyindir.
Netanyahu juga mengatakan ia sangat berharap bisa bekerja sama dengan Pemerintah Presiden terpilih AS Donald Trump untuk membatalkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk berlanjutnya perluasan permukiman Yahudi. Ketika berbicara di dalam satu pernyataan yang disiarkan televisi, Netanyahu mengatakan, "Kerry terobsesi dengan permukiman dan bukan menyentuh pangkal konflik."
Di dalam pidato 70 menitnya, hanya beberapa pekan sebelum berakhirnya masa jabatan Presiden Barack Obama, Kerry memperingatkan pembangunan permukiman Yahudi membahayakan peluang bagi berdirinya Negara Palestina dan mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina.
Beberapa jam sebelum pidato tersebut, Trump mengirim pesan dukungan buat Israel, yang memberitahu Israel tetap kuat sampai 20 Januari, ketika ia memangku jabatan. Dalam tweet jawaban, Netanyahu menulis, "Presiden terpilih Trump, terima kasih atas persahabatan hangat anda dan dukungan jelas Anda buat Israel!"
Resolusi bersejarah Dewan Keamanan PBB menuntut Israel menghentikan pembangunan permukiman Yahudi di Yerusalem Timur dan Tepi Barat Sungai Yordan dan mencela permukiman itu sebagai pelanggaran nyata terhadap hukum internasional. Sebanyak 500 ribu pemukim Yahudi tinggal di Tepi Barat Sungai Yordan dan Jerusalem Timur, tanah yang direbut Israel dalam Perang Timur Tengah 1967 dan telah dikuasainya sejak itu, meskipun masyarakat internasional mengutuknya.