REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Dewan Keamanan PBB menyambut gencatan senjata antara kedua pihak yang terlibat perang Suriah. Namun, sayangnya kelompok oposisi bersenjata mengancam akan meninggalkan gencatan senjata jika pelanggaran terus berlangsung.
Resolusi gencatan senjata dibuat untuk mengakhiri perang Suriah selama enam tahun. Resolusi tersebut diadopsi oleh 15 anggota DK PBB dalam pertemuan di New York.
Gencatan senjata dimotori Rusia dan Turki. Keduanya sepakat untuk mengurangi kekerasan, namun rupanya tembak-menembak, serangan udara, pengeboman masih berlanjut.
Bom bunuh diri kembar membunuh dua orang di kota pantai Tartous di area di bawah kontrol Pemerintah Suriah. Peristiwa ini terjadi pada Ahad dini hari (1/1).
Serangan bom kembar membunuh dua penjaga keamanan dan melukai beberapa orang lainnya. Dua pelaku bom bunuh diri meledakkan diri setelah dihentikan saat berjalan.
Faksi di bawah Free Syrian Army (FSA) menyatakan, pemerintah yang didukung Iran dan pejuang Hezbollah Libanon mendorong kelompok oposisi bersenjata ke lembah Wadi Barada di barat laut Damaskus.
"Pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan oleh rezim dan bombardir yang dilakukan rezim ke wilayah yang dikontrol oleh kelompok oposisi akan membuat perjanjian gencatan senjata batal demi hukum," ujar kelompok oposisi tersebut