REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Saat resolusi damai untuk Suriah dibuat, terjadi kebuntuan di antara anggota Dewan Keamanan PBB. Rusia mendukung Presiden Bashar al-Assad. Sementara Amerika Serikat, Prancis, Inggris memaksa agar Assad mengundurkan diri dari jabatan Presiden Suriah. Ini harus dilakukan sebagai bagian dari perjanjian damai untuk mengakhiri perang Suriah.
Sementara Turki mendukung kelompok oposisi yang melawan Assad. Masing-masing pihak bersikeras mempertahankan pendapat masing-masing yang membuat perjanjian damai mengalami kebuntuan.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mengatakan, ini merupakan kesempatan melakukan gencatan senjata yang harus dilakukan. "Jangan mengulangi masalah klise yang sama," katanya seperti dilansir BBC, Sabtu, (31/12).
Biarkan kami, ujar Churkin, bekerja dengan serius untuk menyelesaikan krisis Suriah. "Kami pastikan pada 2017 terdapat penyelesaian politik dalam krisis Suriah."
Free Syrian Army (FSA) menyatakan, mereka akan meninggalkan perjanjian gencatan senjata dengan Rusia jika Rusia tak menggunakan pengaruhnya kepada Presiden Bashar Assad untuk menghentikan serangan ke Wadi Barada pada pukul 8 malam (1800 GMT), Sabtu, (31/12). Akhirnya serangan ke Wadi Barada berhasil dihentikan dan gencatan senjata diteruskan