Ahad 01 Jan 2017 21:15 WIB

Trump Puji Putin

Presiden AS terpilih, Donald Trump
Foto: AP
Presiden AS terpilih, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat memuji sikap Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menahan diri melakukan pembalasan dalam perselisihan terkait serangan-serangan dunia maya dan mata-mata.

Sebelumnya pada Jumat pagi Putin mengatakan ia tak akan membalas atas pengusiran 35 orang Rusia yang disangka mata-mata oleh Presiden Barack Obama, sedikitnya hingga Trump naik ke tampuk ke kuasaan pada 20 Januari.

"Langkah besar mengenai penangguhan (oleh Presiden Vladimir Putin). Saya selalu tahu ia sangat cerdas!" demikian Trump menulis di Twitter.

Pada Kamis Obama memerintahkan pengusiran orang-orang Rusia itu dan memberlakukan sanksi-sanksi atas dua agen intelejen Rusia karena keterlibatan mereka dalam meretas kelompok-kelompok politik dalam pemilihan presiden AS pada 8 November.

"Kami tidak akan mengusir siapapun," kata Putin dalam satu pernyataan, menambahkan bahwa Rusia memiliki hak untuk melakukan pembalasan. "Langklah-langkah berikutnya menuju restorasi hubungan Rusia-Amerika akan dibangun atas dasar kebijakan yang pemerintahan Presiden D. Trump akan laksanakan," kata dia.

Trump telah berkali-kali memuji Putin dan menominasikan orang-orang yang dipandang dekat dengan Moskow untuk menduduki jabatan-jabatan senior di pemerintahan, tapi belum jelas apakah ia akan meninggalkan aksi-aksi Obama, yang menandai level rendah pasca Perang Dingin dalam hubungan AS-Rusia.

Trump telah menepis tuduhan-tuduhan dari CIA dan badan-badan intelejen lainnya bahwa Rusia berada di balik serangan-serangan siber. "Sudah waktunya bagi kita untuk melangkah ke hal-hal yang lebih besar dan lebih baik," kata Trump pada Kamis, walau ia mengatakan ia akan bertemu dengan pejabat-pejabat intelejen pekan depan.

Badan-badan intelejen AS mengatakan Rusia berada di belakang peretasan operasi-operasi dan organisasi-orgaanisasi partai Demokrat sebelum pemilihan presiden. Moskow membantah hal ini. Para pejabat intelejen AS mengatakan serangan-serangan siber Rusia bertujuan untuk membantu Trump mengalahkan Hillary Clinton dari Demokrat.

Para pejabat Rusia telah melukiskan sanksi-sanksi itu sebagai aksi terakhir dari seorang presiden yang kalah dan mengatakan Trump dapat membaliknya ketika ia menggantikan Obama, seorang Demokrat.

Seorang pejabat senior AS pada Kamis mengatakan Trump dapat mengubah perintah eksekutif Obama, tapi hal itu disarankan jangan dilakukan.

Wanita juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyebut pemerintahan Obama "sekelompok dari pecundang kebijakan luar negeri sakit hati dan dungu".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement