REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Hillary Clinton menulis memoar dalam buku yang berjudul 'Hard Choices'. Dalam buku setebal 656 halaman tersebut, banyak dituangkan materi mengenai pemimpin kunci dunia.
Namun, pemimpin Turki Recep Tayyib Erdogan mendapat tempat spesial. Di buku itu Hillary mengatakan, menjalin hubungan antara Amerika dan Eropa, tidak ada negara lain yang membutuhkan upaya spesial selain Turki.
“Militer Turki campur tangan beberapa kali selama bertahun-tahun untuk menggulingkan pemerintahan. Apakah itu terlalu Islam, terlalu kiri atau terlalu lemah. Mungkin hal ini baik untuk perang dingin, namun hal itu menunda kemjuan demokrasi,” ujar Hillary.
Dalam tulisanya seperti dikutip Hurriyet Daily, Clinton menggambarkan bahwa Erdogan adalah sosok yang memegang kunci untuk masa depan Turki dan hubungan antara Amerika dan Turki.
“Saya pertama kali bertemu Erdogan saat ia menjabat sebagai Walikota Istanbul pada tahun 90-an. ia adalah politikus nan ambisius, kuat, taat dan efektif,” kata dia.
Menurutnya, Erdogan membawa beberapa perubahan positif. Hillary juga memuji rekannya Ahmed Davutoglu. Davutoglu yang pernah menjabat Menlu dan PM Turki dikenal sebagi sosok pemegang prinsip 'Zero Problem' dengan tetangga.
Baca juga, Hillary Clinton Ucapkan Selamat ke Donald Trump.
Buku ini sudah terbit pada Juni 2014 lalu. Buku ini diyakini merupakan bagian dari persiapan Hillary untuk merebut kursi Gedung Putih, kendati pada akhirny ia harus mengakui keunggulan Donald Trump.