REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pesawat tempur Suriah melanjutkan pengeboman di lembah yang diduduki pemberontak di dekat Damaskus pada Ahad (1/1), kata petinggi pemberontak dan pengawas. Peristiwa itu terjadi pada hari ketiga gencatan senjata, saat 24 jam sebelumnya tidak terjadi serangan udara.
Kesepakatan gencatan senjata itu, yang diprakarsai Rusia dan Turki serta disambut Dewan Keamanan PBB, berulang kali dilanggar sejak dimulai dan kedua pihak saling menyalahkan. Pemberontak pada Sabtu memperingatkan akan mengabaikan gencatan senjata jika pemerintah terus melanggarnya. Mereka meminta Rusia, yang mendukung Presiden Bashar Al Assad, mengekang serangan tentara dan milisi di lembah itu pada pukul 20.00 waktu setempat.
Pengeboman berhenti sebelum waktu itu, meskipun terjadi sejumlah bentrokan, namun dimulai kembali pada Ahad malam.
Belum jelas apakah pemberontak akan meninggalkan gencatan senjata itu. Seperti yang terjadi di Suriah sebelumnya di beberapa wilayah, meskipun terdapat yang masih berlaku di lokasi lain.
Serangan itu mengenai wilayah Wadi Barada, dimana pasukan pemerintah beserta sekutunya melancarkan sebuah operasi lebih dari satu minggu lalu, seorang juru bicara dari kelompok pemberontak Jaish Al Nasr dan Badan pengawas HAM Suriah di Inggris mengatakan.
Juru bicara pemberontak, Mohammed Rasheed mengatakan terdapat serangan dan usaha keras oleh Assad dan milisi Syiah untuk menyerbu Wadi Barada dari perbukitan sekitar. Media nasional dan pengawas mengatakan ratusan orang meninggalkan Wadi Barada dalam beberapa hari terakhir ke lokasi yang diduduki pemerintah.
Pada Ahad pagi sejumlah pesawat tempur pemerintah melancarkan serangan udara di pedesaan Aleppo selatan, pengawas dan petinggi pemberontak menyebutkan. Pasukan pemerintah juga melancarkan serangan malam terhadap para pemberontak di Ghouta, dekat Damaskus, yang berhasil menduduki 10 peternakan.
Petinggi pemberontak lain berpendapat pertempuran kecil di darat tidak melanggar gencatan senjata, namun serangan udara itu merupakan pelanggaran jelas. Kementerian pertahanan Rusia menuduh para pemberontak melanggar gencatan senjata berulang kali.
Kantor berita militer, yang dikelola kelompok Hizbullah Lebanon, sekutu Assad, mengatakan tentara Suriah menyasar pegaris keras dari Aleppo selatan dan Wadi Barada. Militer mengatakan kelompok Front Nusra, yang sebelumnya adalah cabang Alqaidah, tidak disertakan dalam gencatan senjata itu namun pemberontak mengatakan sebaliknya.
Kesepakatan gencatan senjata terbaru merupakan yang pertama yang tidak melibatkan Amerika Serikat maupun PBB, sebuah refleksi pertumbuhan pengaruh diplomatis Moskow setelah serangan udara Rusia, yang membantu Assad merebut kembali Aleppo utara pada bulan lalu. Kemenangan itu memperkuat kedudukan presiden saat para pihak berseteru bersiap melakukan pertemuan perdamaian di Astana, Kazakstan pada bulan ini.