Selasa 03 Jan 2017 02:45 WIB

Pasca Serangan di Istanbul, Turki Pantau Akun Media Sosial

Rep: Kabul Astuti/ Red: Reiny Dwinanda
Deretan kendaraan ambulans di lokasi serangan pria bersenjata di Istanbul, Turki, Ahad (1/1).
Foto: Depo Photos Via AP
Deretan kendaraan ambulans di lokasi serangan pria bersenjata di Istanbul, Turki, Ahad (1/1).

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Wakil Perdana Menteri Turki, Numan Kurtulmus, mengatakan pihak berwenang terus memantau ratusan akun media sosial provokatif yang diduga mendukung terorisme dan menyebarkan perpecahan di tengah masyarakat.  "Sebanyak 347 akun sosial media yang bertujuan menabur benih permusuhan di tengah masyarakat berada di bawah penyelidikan, sementara tindakan hukum telah ditempuh terhadap 92 orang," kata Numan Kurtulmus, dilansir dari Associated Press, Senin (2/1).

Kurtulmus mengatakan pihak berwenang bekerja sama dengan perusahaan pengelola media sosial, seperti Facebook dan Twitter, untuk menutup akun tersangka. Tindakan ini masih berkaitan dengan kegeraman Turki terhadap serangan klub malam di Istanbul. "Kami tidak akan duduk dan menyaksikan 3-5 media sosial provokatif menyebar perselisihan di antara orang-orang," ujar Kurtulmus.

Turki telah menuntut beberapa orang, termasuk seorang kritikus pemerintah terkemuka karena diduga menyebarkan propaganda terorisme melalui media sosial. Wartawan Ahmet Sik termasuk yang telah ditangkap.

Kurtulmus menjelaskan pihak berwenang telah memperoleh sidik jari dan deskripsi dasar pria bersenjata yang melakukan serangan terhadap klub malam di Istanbul. Ia memastikan pelaku akan diidentifikasi dalam waktu dekat. Delapan orang telah ditahan sehubungan dengan serangan yang terjadi sekitar 75 menit sebelum pergantian tahun.

Sampai sekarang, pelaku penembakan di klub malam elit Reina itu masih buron, Polisi masih terus menggencarkan pencarian di seluruh negeri. Sebanyak 39 orang tewas dalam insiden tersebut.

Perdana Menteri Turki, Binali Yildirim mengatakan pelaku meninggalkan senjatanya sebelum melarikan diri. Yildirim mengatakan pelaku tidak menggunakan pakaian Santa Klaus seperti yang diberitakan sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement