REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL - Mayor Jenderal Joseph Martin dari Angkatan Darat AS mengatakan, intensitas serangan ISIS terhadap pasukan Irak di Mosul timur semakin menurun. Ia memperkirakan militan ISIS mulai kehabisan sumber daya setelah operasi ofensif Irak dan sekutu memasuki bulan ketiga.
"Mereka memiliki jumlah sumber daya yang terbatas di sisi timur. Kekuatan mereka yang berkurang menunjukkan sumber daya mereka juga mulai berkurang," ujar Martin, yang menjabat sebagai Kepala Pasukan Angkatan Darat Koalisi Pimpinan AS di Mosul.
Sejak serangan ofensif Irak didukung AS pada 17 Oktober, pasukan elite telah merebut kembali seperempat dari kota Mosul. Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan, ISIS akan terusir dari negara itu pada April 2017.
Operasi ofensif tahap dua di Mosul timur yang dilakukan pada Ahad (1/1), semakin mendesak militan ISIS. Pasukan Irak yang belum memasuki wilayah barat, masih mendapatkan perlawanan sengit dari ISIS.
Martin, yang menerima jabatannya pada pertengahan November lalu, mengatakan sulit mengetahui berapa banyak persenjataan yang telah ditimbun ISIS di Mosul. Namun, laporan lapangan menunjukkan tembakan dari SVBIED (Suicide Vehicle Borne Improvised Explosive Device) dari ISIS telah semakin melemah.
"Mereka sudah dua tahun mempersiapkan perlawanan ini. Saya tidak tahu berapa banyak senjata yang telah mereka simpan di dalam masjid, di dalam sekolah, di dalam rumah sakit," katanya.
Martin mengatakan militan ISIS banyak menggunakan fasilitas kota untuk menyimpan dan mengangkut senjata. Koalisi telah membom lima jembatan yang menghubungkan Mosul timur dan barat. "Fokus kami pada prinsipnya adalah di sisi timur," ujar Martin.
ISIS juga banyak menyembunyikan bom mobil di gang-gang sempit dan menyimpan penembak jitu di gedung-gedung tinggi. Mereka membangun terowongan bawah tanah untuk menghindari deteksi.