Rabu 04 Jan 2017 16:54 WIB

Cerita Pilu Pelarian Keluarga Rohingya yang Berakhir Maut

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Ilham
Militer Myanmar di negara bagian Rakhine yang merupakan wilayah Muslim Rohingya tinggal.
Foto: AP Photo
Militer Myanmar di negara bagian Rakhine yang merupakan wilayah Muslim Rohingya tinggal.

REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Ayah bayi yang meninggal tenggelam karena melarikan diri dari kekejaman tentara Myanmar, Zafor Alam mengatakan, di desanya, helikopter menembaki suku Rohingya dari udara. "Tentara Myanmar juga terus menembaki kami," katanya, Rabu, (4/1).

Tembakan itu membuat mereka tak bisa tinggal di tempat itu lagi. Mereka terpaksa menyelamatkan diri ke hutan. "Kakek dan nenek saya dibakar mereka sampai meninggal. Desa kami juga dibakar sampai habis oleh militer, tak ada yang tersisa," kata Zafor.

Ia dan keluarganya, termasuk bayinya Mohammed Shohayet melarikan diri dari desa ke desa menghindari tentara Myanmar. "Kami berjalan selama enam hari. Kami tak bisa makan nasi selama empat hari. Kami tak bisa tidur dan terus-menerus berganti lokasi supaya tak ketahuan tentara," ujar Zafor.

Namun sayangnya, Zafor terpisah dari keluarganya saat menyeberangi Sungai Naf yang memisahkan Bangladesh dengan Myanmar. Ia bisa berenang dan menyeberang kemudian dijemput oleh nelayan Bangaldesh.

Ia lalu meminta kapal untuk menjemput keluarganya. Namun saat akan menyeberang, ada tentara Myanmar yang melihat kerumunan suku Rohingya hendak melarikan diri ke Bangladesh, mereka mulai menembak.

Kapal yang ditumpangi keluarga Zafor, termasuk istri dan dua anaknya kelebihan muatan. Akhirnya kapal tenggelam. Itulah akhir perjalanan keluarga Zafor yang mengenaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement