Kamis 05 Jan 2017 14:45 WIB

Australia Menyesal Telah Menghina Militer Indonesia

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ilham
Menteri Pertahanan Australia Marise Payne.
Foto: Irishtimes.com
Menteri Pertahanan Australia Marise Payne.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Australia menyatakan penyesalan atas kasus bahan ajar yang berbau penghinaan terhadap militer Indonesia. Kasus yang terjadi di pangkalan militer Australia Barat itu menyebabkan Indonesia menangguhkan kerja sama militer dengan Australia.

Menteri Pertahanan Australia, Marise Payne mengatakan, hasil penyelidikan bahan ajar yang ditemukan di Campbell Barracks di Perth akan disimpulkan dalam waktu dekat. Australia akan membeberkan seluruh temuan dari laporan yang ada kepada pemerintah dan militer Indonesia.

"Kami telah menunjukkan penyesalan kami atas pelanggaran yang terjadi. Saya pikir tepat jika perlawanan muncul karena adanya kekhawatiran," kata Payne di Sydney, Kamis (5/1).

Payne menolak mengungkapkan materi yang menyinggung militer Indonesia. Namun, diisukan Australia telah menyinggung kedaulatan Indonesia atas Papua dan mengejek idologi bangsa Indonesia. "Kami tentu saja mengakui kedaulatan dan integritas teritorial Indonesia. Itulah posisi kami saat ini," jelasnya.

Dia mengatakan, materi yang menyinggung Indonesia telah dihapus dan menjamin semua dokumen pelatihan akan sesuai dengan budaya Indonesia.

Indonesia mengkonfirmasi pada Rabu (4/1) untuk menangguhkan kerja sama militer dengan Australia. Keputusan itu dilaporkan telah diambil secara independen oleh militer Indonesia.

Namun, Presiden Indonesia Joko Widodo dilaporkan telah memberikan izin penangguhan tersebut dan meminta Menteri Pertahanan untuk melakukan penyelidikan. Hubungan militer kedua negara mencakup berbagai kegiatan kerjasama kontraterorisme dan perlindungan perbatasan.

Jakarta dan Canberra sebelumnya pernah menghentikan latihan bersama setelah Indonesia mendapat tuduhan pelanggaran di Timor Timur pada 1999. Kerja sama militer dilanjutkan setelah terjadi pemboman di dua klub malam di Bali pada 2002, yang menewaskan 88 warga Australia.

Pada 2013, Indonesia juga pernah menangguhkan hubungan militer dengan Australia, setelah mata-mata Australia diduga menyadap telepon seluler Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, pejabat kedua negara menegaskan hubungan bilateral tidak akan terhenti.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement