REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump memercayai Wikileaks daripada CIA. Pada Rabu (4/1) ia kembali menyatakan keraguan atas tuduhan Rusia di balik peretasan sistem pemilu AS untuk membantunya.
Ia mengatakan laporan Wikileaks tidak menyatakan demikian. Trump kembali mempertanyakan temuan lembaga intelijen AS dalam akun Twitter-nya. Kali ini, ia menghubungkannya dengan temuan Wikileaks.
"Julian Assange (pendiri Wikileaks) mengatakan 'mungkin seorang bocah 14 tahun yang meretas Podesta' - kenapa DNC sangat ceroboh? Ia juga mengatakan Rusia tidak memberinya informasi!" kata Trump.
Cuitan Trump merujuk pada dokumen yang dicuri dari Komiter Nasional Demokratik (DNC) dan John Podesta. Podesta adalah manager kampanye rival Trump, kandidat Demokrat, Hillary Clinton. Sejumlah besar dokumen surel mereka bocor dan dipublikasikan di Wikileaks.
Trump juga mengutip pernyataan Assange pada Fox News, bahwa peliputan media AS selama ini sangat tidak jujur.
Menanggapi hal ini, Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest kebingungan.
"Siapa yang akan anda percayai?" kata dia. Earnest menyebut komentar Trump itu memposisikan Russia dan Assange melawan 17 lembaga intelijen AS, pakar siber dan anggota parlemen.
Earnest menambahkan presiden terpilih harus segera memutuskan siapa yang akan ia percayai. Sementara, Wakil Presiden AS terpilih, Mike Pence membela pernyataan Trump. Ia menyebutnya sebagai skeptisme sehat orang Amerika terhadap intelijen.
"Karena kesalahan-kesalahan intelijen di tahun-tahun belakangan, presiden terpilih jelas menunjukkan pada warga AS bahwa ia skeptis soal keputusan dari birokrasi," kata Pence di US Capitol.
Trump dan Pence dijadwalkan menerima pemaparan intelijen soal isu peretasan pada Jumat. Pejabat Gedung Putih mengatakan mereka akan diberi informasi intelijen yang didapatkan Presiden Barack Obama bulan lalu.
Baca juga, Jika Banding Ditolak, Pendiri Wikileaks Rela Ditangkap Polisi.