Jumat 06 Jan 2017 11:00 WIB

Korsel Siapkan Pasukan Khusus 'Pemenggal Kepala' Kim Jong-un

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Bilal Ramadhan
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menghadiri latihan militer negaranya di Pyongyang dalam foto yang dirili KCNA pada 2 Desember 2016.
Foto: Reuters
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menghadiri latihan militer negaranya di Pyongyang dalam foto yang dirili KCNA pada 2 Desember 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Ancaman nuklir Pyongyang membuat Korea Selatan (Korsel) memunculkan retorika baru: 'datanglah kepada kami, Anda akan kami penggal'. Korsel saat ini tengah mempersiapkan pasukan khusus yang dinamakan 'Decapitation Unit' atau 'Unit Pemenggal Kepala'.

Seorang pejabat Departemen Pertahanan Korsel mengatakan, pasukan khusus ini bertugas untuk menghadapi perintah perang yang dikeluarkan Presiden Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. 'Unit Pemenggal Kepala' hanya diaktifkan dalam perang dengan Korut.

Meski demikian, secara teknis Korsel dan Korut masih dalam keadaan perang. Keduanya menandatangani gencatan senjata pada 1965, tetapi tidak melakukan perjanjian apapun. Pasukan khusus tersebut awalnya dijadwalkan akan siap pada 2019. Namun, Departemen Pertahanan mengatakan unit akan diresmikan tahun ini.

Langkah percepatan persiapan pasukan dilakukan setelah Pyongyang melakukan serangkaian provokasi. Salah satunya gambar yang menunjukkan Presiden Kim sedang memimpin latihan tempur yang menargetkan kediaman Presiden Korsel di Blue House.

Kementerian Pertahanan Korsel memperkirakan, Korut akan kembali melakukan uji coba nuklir dan rudal pada 2017. Uji coba tetap akan dilakukan di tengah sanksi dan tekanan dari masyarakat internasional.

Dalam pidato Tahun Baru, Kim mengatakan Korut akan segera menguji intercontinental ballistic missile (ICBM) dalam waktu dekat. Hal tersebut menjadi berita mengkhawatirkan bagi Seoul, meski banyak analis mengatakan rudal negara itu belum cukup berkembang untuk diberikan hulu ledak nuklir.

Profesor Choi Jong-kun dari Yonsei University mengatakan, pembentukan pasukan khusus 'Unit Pemenggal Kepala' merupakan taktik militer sensitif. Korsel seolah mengirim sinyal tantangan ke Korut. "Ini permainan sinyal, tapi yang dilakukan Korea Selatan adalah kesalahan," kata Choi, dikutip CNN.

Ia menuturkan, saat ini Korsel masih belum memiliki kepemimpinan yang stabil, sehingga Departemen Pertahanan terlihat lebih agresif. Menurutnya, Korsel sementara hanya perlu mempertahankan sifat defensif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement