REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kongres Amerika Serikat (AS) mengesahkan suara Electoral College yang memenangkan Donald Trump dalam pemilu 2016. Wakil Presiden Joe Biden mengumumkan, Trump berhasil mengumpulkan 304 suara Electoral College dan mengalahkan pesaingnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
Sejumlah anggota Kongres menyatakan keberatan dengan perhitungan pemilu di beberapa negara bagian, seperti Florida, Michigan, Texas, Mississippi, dan Carolina. Mereka juga merasa khawatir atas upaya Rusia dalam mempengaruhi kemenangan Trump.
"Saya keberatan karena merasa khawatir dengan bukti campur tangan Rusia dalam pemilihan kami," kata Barbara Lee, wakil dari California.
Biden membantah satu per satu keberatan yang diajukan. Ia tampak ingin segera menyelesaikan perhitungan tersebut.
"Ini sudah berakhir," kata Biden.
Meski Trump memenangkan suara Electoral College, suara populer tetap dimenangkan oleh Clinton dengan hampir tiga juta suara. Namun, pemilu November lalu dibayangi oleh kekhawatiran peretasan Rusia terhadap Partai Demokrat, sebagai bentuk intervensi selama kampanye.
Trump telah berulang kali meremehkan kemungkinan adanya gangguan siber dari Rusia. Dia mengatakan kepada New York Times bahwa fokus masalah ini adalah 'perburuan politik'.
Badan-badan intelijen AS tidak menyimpulkan peretasan Rusia merubah penghitungan suara. Akan tetapi, Nancy Pelosi dari Partai Demokrat mengatakan intervensi Rusia memberikan pengaruh secara terselubung.
"Itulah mengapa kita memiliki kecemasan mengenai suara Electoral College," kata Pelosi.
Ikuti Whatsapp Channel Republika