Sabtu 07 Jan 2017 14:15 WIB

Michelle Obama Emosional Sampaikan Pidato Perpisahan

Ibu Negara AS Michelle Obama
Foto: Reuters
Ibu Negara AS Michelle Obama

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ibu Negara Amerika Serikat Michelle Obama mengagungkan perbedaan dan menyambut semua kelompok agama pada Jumat (6/1), dua pekan menjelang hari pelantikan pengganti suaminya, presiden terpilih Donald Trump.

Dalam apa yang diumumkan sebagai pidato formal terakhirnya sebelum Presiden Barack Obama meninggalkan Gedung Putih, Michelle mengatakannya dalam acara yang ditujukan untuk memberikan penghargaan kepada para penasihat sekolah Amerika Serikat milik orang dari berbagai latar belakang dan jalan hidup.

"Keanekaragaman kita yang agung, perbedaan keyakinan dan agama dan kredo kita, itu bukan ancaman bagi siapa kita, itu yang menjadikan siapa kita," katanya, dikutip Antara News.

Pidato itu mengingatkan pada pidato kampanyenya untuk kandidat Partai Demokrat Hillary Clinton selama pemilihan presiden 2016. Presiden terpilih Donald Trump mengusulkan pembangunan dinding pembatas di sepanjang perbatasan Meksiko dan sementara melarang Muslim memasuki negerinya.

"Jika Anda atau orang tua Anda imigran, ketahuilah Anda adalah bagian dari tradisi membanggakan Amerika: infusi budaya baru, bakat dan ide, dari generasi ke generasi, yang menjadikan kita negara terhebat di Bumi. Jika Anda orang beriman, ketahuilah perbedaan agama adalah tradisi besar Amerika juga. Dan apakah Anda Muslim, Kristen, Yahudi, Hindu, Sikh, agama-agama ini mengajari kaum muda kita tentang keadilan dan belas kasih dan kejujuran," kata Michelle.

Dengan suara tercekat dia mengatakan menjadi Ibu Negara merupakan penghormatan terbesar sepanjang hidupnya.

"Jadi itu pesan terakhir saya kepada orang muda sebagai Ibu Negara. Sederhana. Saya ingin kaum muda tahu mereka penting. Ikuti teladan dengan harapan, jangan pernah takut. Dan saya akan bersama kalian, mendukung kalian dan bekerja untuk mendukung kalian sepanjang sisa hidup saya," katanya sebagaimana dilansir kantor berita Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement