REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis telah menjadi sasaran 24 ribu serangan siber yang berhasil digagalkan di sepanjang 2016. Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan serangan siber selalu meningkat dua kali lipat setiap tahunnya.
Ia memperkirakan, tahun ini serangan akan semakin meningkat seiring dengan dilaksanakannya pemilu presiden. Menurut Le Drian, akan sangat naif jika mengatakan Prancis kebal terhadap serangan siber, seperti yang dilakukan Rusia terhadap pemilu AS.
"Prancis tidak boleh bersikap naif," kata Le Drian, dalam sebuah wawancara dengan Le Journal du Dimanchenewspaper, dikutip BBC.
Ia turun langsung mengawasi perbaikan operasi keamanan siber di negaranya. Serangan siber di Prancis diakuinya telah meningkat secara substansial dalam tiga tahun terakhir dan telah menjadi ancaman serius bagi infrastruktur negara.
Menurut Le Drian, ribuan serangan siber eksternal telah berhasil diblokir. Salah satunya merupakan upaya untuk mengganggu sistem pesawat tak berawak Prancis.
Peringatan terhadap serangan siber jelang pemilu Prancis muncul setelah intelijen AS melaporkan keterlibatan Rusia dalam upaya mempengaruhi pemilihan presiden AS 2016. Namun, Rusia membantah keterlibatan dalam serangan siber atau peretasan.
Pemilu Prancis akan berlangsung pada April hingga Mei tahun ini. Pemilu Prancis menjadi sorotan setelah Presiden AS terpilih, Donald Trump, mengatakan siapa pun yang tidak ingin memperbaiki hubungan dengan Rusia adalah orang bodoh.
Kandidat dari Partai Konservatif Prancis, Francois Fillon menyatakan bersedia memperbaiki hubungan dengan Rusia dan telah mendapat pujian dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Kandidat sayap kanan, Marine Le Pen, juga memiliki hubungan yang erat dengan Rusia.
Hubungan Rusia dan Prancis sempat memburuk setelah Presiden sosialis Prancis Francois Hollande memainkan peran kunci dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Saat itu Krimea dianeksasi oleh Rusia pada 2014.
Tahun lalu Hollande juga mengecam Rusia bisa menghadapi tuduhan kejahatan perang atas pengeboman di Kota Aleppo, Suriah. Pada April 2015, serangan siber menghancurkan jaringan TV Perancis TV5MONDE. Sebuah kelompok yang menamakan dirinya Cyber Khilafah, yang terkait ISIS, awalnya mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Namun setelah penyelidikan dilakukan, intelijen Prancis menemukan serangan dilakukan oleh sekelompok peretas Rusia.