REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Serangan bom terjadi didekat kantor parlemen Afghanistan, Selasa (10/1). Dalam peristiwa itu sebanyak 30 orang tewas dan 80 lainnya terluka.
Kantor parlemen tepatnya terletak di Wisma Gubernur Kandahar, pusat ibu kota Kabul. Dilaporkan adanya dua bom yang meledak secara bersamaan. Korban yang ditargetkan adalah semua pejabat pemerintah yang berada di sana.
Salah satu yang juga menempati wisma itu adalah pejabat intelijen Afghanistan. Bom meledak saat jam di mana banyak anggota parlemen meninggalkan kantor dan berada di sekitar lokasi kejadian.
Taliban mengaku berada di balik serangan bom tersebut. Kelompok militan itu mengatakan telah lama menargetkan perwira senior dari badan intelijen negara.
"Kami telah merencanakan serangan ini setelah beberapa lama dan menargetkan pejabat intelijen di sana," ujar pernyataan Taliban, dilansir BBC, Rabu (11/1).
Sejak tahun lalu, Talibat semakin sering meluncurkan serangan bom yang menargetkan pejabat Afghanistan. Namun, kebanyakan korban adalah warga sipil, termasuk orang-orang yang hanya menjadi staf di kantor pemerintahan.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bersumpah untuk melakukan penangkapan terhadap pelaku serangan teroris. Termasuk yang telah terjadi dalam setahun belakangan dan diakui oleh Taliban.
"Taliban tanpa malu-malu mengklaim kejahatan itu dan kami harus berupaya menangkap mereka," kata Ghani.