REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump menolak laporan-laporan yang beredar dari sejumlah media di negara itu terkait Rusia, Selasa (10/1). Dalam laporan disebutkan badan intelijen Rusia telah memperoleh informasi pribadi yang mencurigakan terkait dirinya.
Intelijen Rusia juga dikatakan memiliki informasi yang penting dan sangat memalukan tentang miliarder tersebut. Trump menilai, laporan itu sangat tidak berdasar dan dijadikan sebagai senjata politik untuk menjatuhkannya.
"Ini adalah berita palsu, benar-benar seperti layaknya 'perburuan penyihir' namun dalam bentuk politik," ujar Trump melalui akun jejaring sosial Twitter.
Pria berusia 70 itu disebut hendak mengadakan konferensi pers terkait hal itu pada Rabu (11/1). Dalam sembilan hari ke depan, Trump akan dilantik sebagai presiden AS ke-45 dan menjalankan Gedung Putih.
Sementara itu, tidak ada komentar secara resmi dari intelijen AS atas tuduhan Rusia memiliki informasi mengenai Trump. Tampaknya, badan tersebut menunjukkan bahwa mereka enggan mendukung klaim yang beredar.
Baca juga, Donald Trump Menangkan Pilpres AS.
Sebelumnya, Trump juga telah berada di bawah tekanan atas beredarnya tuduhan Rusia melakukan peretasan pada pemilu AS 8 November lalu. Ia diminta untuk mengadakan pertemuan dengan agen intelijen yang melaporkan bukti-bukti mengarah pada hal itu.