Rabu 11 Jan 2017 17:16 WIB

Inggris Akui Jual 500 Bom Tandan ke Saudi pada 1980-an

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Bom tandan atau cluster bomb
Foto: .
Bom tandan atau cluster bomb

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris mengakui telah menjual 500 bom tandan atau bom klaster kepada Arab Saudi di era 1980-an. Bom yang kini telah dilarang di bawah hukum internasional itu, diperkirakan digunakan Arab Saudi dalam perang melawan pemberontak Houthi di Yaman.

Untuk pertama kalinya Kementerian Pertahanan Inggris (MoD) mengungkapkan berapa banyak perangkat buatan Inggris yang telah diekspor ke Arab Saudi. Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon menyatakannnya dalam sebuah surat yang ditujukan kepada anggota Parlemen Konservatif Philip Hollobone.

"Inggris mengirim 500 amunisi bom tandan BL755 berdasarkan perjanjian pemerintah-ke-pemerintah yang ditandatangani pada 1986. Penyerahan terakhir dilakukan pada 1989," ujar Fallon, dikutip RT.

Fallon menuturkan, meskipun Inggris tidak lagi memasok senjata ke Arab Saudi sejak 1989, sisa amunisi bom tandan dari Inggris masih dijatuhkan oleh pasukan Saudi di Yaman. Ia telah meminta militer Arab Saudi menghancurkan sisa senjata itu, yang menurutnya disetujui Pemerintah Saudi.

Dia mengaku tidak mengetahui secara pasti berapa banyak senjata yang telah diekspor. Namun, ia merasa lega karena penggunaan bom tandan itu tidak melanggar hukum internasional.

Pengakuan Fallon membuat Inggris mendapat lebih banyak tekanan untuk menghentikan penjualan senjata ke Arab Saudi. Pada November lalu, Inggris menolak menghentikan penjualan senjata ke Riyadh atas desakan dua komite parlemen dan kelompok hak asasi manusia.

Inggris adalah penandatangan perjanjian Oslo pada 2010, yang melarang penggunaan bom tandan. Bom tandan dirancang untuk melepaskan puluhan bom yang lebih kecil di wilayah yang luas.

Perdana Menteri Houthi menuduh Inggris melakukan kejahatan perang karena telah memasok senjata kepada Arab Saudi. Pasukan Saudi kini tengah melakukan operasi militer untuk mengembalikan rezim yang digulingkan tahun lalu.

Arab Saudi ikut campur dalam perang saudara di Yaman pada Maret 2015. Pasukannya banyak meluncurkan serangan udara untuk menghentikan Houthi dan mengembalikan kekuasaan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Saudi didukung oleh koalisi dari sembilan negara Arab, yang telah dipersenjatai oleh Inggris dan AS. Sementara Houthi dibantu oleh Iran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement